Secara teknis, BPS dalam menyusun indikator ketimpangan ekonomi tidak menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh Instansi pemerintah lainnya, dalam hal ini adalah data administrasi. BPS dan Dirjen Dukcapil (Kependudukan dan Pencatatan Sipil) misalnya, sudah bertahun -- tahun menganut konsep dasar kependudukan yang berbeda.Â
BPS mencatat semua orang yang bermukim di suatu tempat (dengan atau tanpa ktp setempat) sebagai penduduk, sedangkan Dukcapil mencatat penduduk berdasarkan data administrasi kependudukan (kepemilikan ktp setempat). Dalam konteks penyusunan statistik di DIY, keberadaan pendatang berperan sangat signifikan.Â
Penyeragaman konsep akan memudahkan pencatatan statistik dan pengumpulan data survey dengan melibatkan instansi pemerintah. Kerja sama antar pihak tentunya menjadi penting dalam hal pencatatan statisik yang dapat menjadi dasar perumusan kebijakan yang berbasis bukti dan penelitian.Â
Ketimpangan ekonomi di DIY memang bukan hal yang aneh. Dalam waktu tiga tahun, warga DIY mengalami disparitas besar antara pengeluaran kelompok masyarakat menengah atas dan bawah, dan pada waktu yang bersamaan mereka tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat mampu mencukupi kebutuhan dan hidup dengan bahagia (sejak 2014, Indeks Kebahagiaan DIY berada di atas rata -- rata Indeks Kebahagiaan nasional).
Dibalik fenomena ketimpangan Provinsi DIY, ada detil yang harus diketahui. Seperti yang dikatakan oleh Bregman (2016), dibalik angka statisik terdapat beberapa asumsi dan praduga, dan pada selanjutnya mempengaruhi cara manusia bertindak.
Daftar Pustaka                                          Â
Bregman, R. (2016). Utopia for Realists. (E. Manton, Ed.) (English). Amsterdam: The Correspondent.
Moore, J. C., Stinson, L. L., & Welniak, E. J. (2000). Income Measurement Error in Surveys: A Review. Journal of Official Statistics, 16(4), 331--361.
Neri, A., & Zizza, R. (2010). Income Reporting Behavior in Survey Analysis (October No. 777).
Piketty, T. (2015). The Economics of Inequality. (A. Goldhammer, Ed.) (English Ed). London: The Belknap Press of Harvard University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H