Rendahnya kompetensi para guru SD tercermin dari hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) yang dapat dilihat pada situs resmi Kemdikbud https://puspendik.kemdikbud.go.id/inap-sd/. Data tersebut menunjukkan 77,13% siswa SD kemampuannya kurang dalam matematika, 73,61% siswa SD kurang dalam sains, dan 46,83% siswa SD kurang dalam hal membaca.
Revitalisasi prodi PGSD sepertinya harus menjadi prioritas Kemdikbud jika pembangunan SDM Unggul menjadi target kerja pemerintah. Lemahnya kemampuan anak-anak SD ini berdampak pada lemahnya SDM Indonesia secara umum. Pendidikan di tingkat dasar ini harusnya membentuk fondasi yang kuat bagi generasi penerus bangsa.
Program Kampus Merdeka dari Kemdikbud dapat menjadi langkah awal untuk pembenahan prodi yang sangat penting bagi kemajuan bangsa ini. Perubahan definisi sks dari "jam belajar" yang hanya sebatas jam tatap muka dikelas menjadi "jam kegiatan" yang memberi kebebasan untuk melakukan kegiatan diluar program studi maupun diluar perguruan tinggi, secara otomatis sudah mengurangi jumlah mata kuliah yang diambil oleh para calon guru. Mereka dapat mendalami 8 (delapan) keterampilan sosial emosional (PRACTICE framework) dalam bentuk nyata bukan sekedar teori.
Tentunya untuk memberikan dampak positif secara signifikan perlu kebijkan-kebijakan pendukung lain seperti penyerdehanaan kurikulum, pemberian beasiswa dan atau ikatan dinas yang akan bermanfaat untuk mengisi kekurangan guru-guru di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar Indonesia), serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang ekstensif dalam pembelajaran untuk prodi PGSD. Dengan demikian akan muncul para pendidik unggul yang mampu mencetak SDM Indonesia Unggul seperti yang dicita-citakan sejak era kemerdekaan.
#SDMUnggul #IndonesiaMaju #MerdekaBelajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H