Batu Caves. Salah satu target tempat yang harus saya kunjungi pada kesempatan kedua ke Malaysia. Sepulang dari India 11 Juli 2011 lalu, karena transit sekitar 24 jam, saya memutuskan untuk jalan-jalan seharian di Kuala Lumpur sebelum melanjutkan penerbangan ke Padang. Ada tiga tempat yang menjadi target saya kali ini. Batu Caves, naik Menara Kuala Lumpur dan melihat Twin Tower di malam hari. Alasan saya, pertama di batu caves terdapat patung murugan tertinggi di dunia, tepatnya di Kuil Sri Maha Mariamman Dhevasthanam. Kuil ini terletak di dalam gua batu kapur yang sangat besar di perbukitan. Untuk sampai ke kuil, kita harus menaiki 272 anak tangga. Kedua, saya ingin mencoba sensasi menaiki menara Kuala Lumpur yang lantainya bisa berputas 360 derajat dan melihat panorama kota KL dari ketinggian. Ketiga, memang sebelumnya saya pernah ke Twin Tower Suria KLCC, tapi di siang hari. Saya ingin melihat pijaran lampu-lampu menara di malam hari. Dari foto-foto yang saya lihat di internet, sepertinya sangat indah. Pesawat saya mendarat di LCTT KLIA, Kuala Lumpur pada pukul 5.30 pagi. Setelah perjalanan melelahkan selama 5 jam 30 menit dari New Delhi, saya sempatkan shalat subuh dulu di mushola bandara. Ada beberapa orang jamaah waktu itu. Saya beristirahat sejenak di mushola. Pakaian yang super tebal, 5 lapis celana dan 6 lapis baju yang saya pakai untuk mengurangi beban bagasi di Bandara Delhi akhirnya saya lepas. Setelah semua beres, saya bergerak keluar mencari angkutan untuk langsung menuju pusat kota. Karena masih pagi, saya mencoba peruntungan untuk mencoba naik ke Sky Bridge di Twin Tower. Dari informasi yang saya kumpulkan, untuk naik ke Sky Bridge, kita harus antri pagi-pagi sekali, karena tiket yang dijual sangat terbatas. Alhasil saya mencoba sesegera mungkin mencari bus untuk ke KL Sentral. Saya menunggu di tempat perhentian bus untuk menuju ke KLIA. Dari KLIA saya bisa naik kereta api cepat ke KL Sentral agar bisa mendapatkan tiket yang terbatas itu. Dari cerita teman-teman yang sudah kesana, kalau bisa antri sebelum jam setengah delapan pagi. Saya lihat jam, masih jam 7 kurang. Bus yang saya tunggu tidak kunjung datang. Setelah bertanya-tanya dengan petugas bandara, taunya bus paling pagi ke KLIA adalah jam 7 pagi. Saya jadi deg-degan. Memilih naik kereta yang harus menunggu dulu jam 7 atau naik bus yang sudah ada (Aero Bus) tapi memakan waktu yang lama untuk sampai ke KL Sentral. Dasar saya paling ga suka menunggu, akhirnya saya putuskan untuk naik Aero bus, meskipun saya tahu akan sampai lewat jam 8 pagi di KL Sentral. Dengan harap-harap cemas, saya duduk seiring bus melaju. KL Sentral. Tempat ini terasa akrab dan tidak asing lagi. Saya sudah tahu dimana tempat-tempat penting, seperti tempat penjualan tiket, toilet, mushola, money changer, tempat makan, toko buku dan lain-lain. Saya segera mencari tren (kereta) ke KLCC. Dengan semangat menggebu-gebu saya segera naik kereta. Hanya tiga perhentian, kereta sudah sampai di KLCC. Saya berlari keluar untuk segera mencari loket antrian tiket ke Sky Bridge. Saya hanya menemukan satu pintu yang terbuka dari tower kembar ini. Pintu masuk untuk para karyawan yang akan bekerja di perkantoran yang menjadi ikon Malaysia ini. Bingung adalah hal biasa, dan hal biasa lainnya adalah bertanya. Saya bertanya ke resepsionis yang sedang men-scan nametag para karyawan. Dia memberikan informasi dengan sangat bersahabat. Dengan mudah saya bisa mencerna petunjuk yang diberikan. Saya segera meluncur. (meskipun saya tahu kesempatan saya untuk naik ke Sky Bridge sangat kecil) Saya masih bersemangat untuk mencoba peruntungan. Benar saja, loket penjualan tiket yang kecil dan di ruangan yang tidak terlalu besar itu sudah dipenuhi seratusan orang. Banyak turis, baik dari Asia maupun luar Asia. Saya melihat sekitar untuk beberapa detik dan langsung ikut di dalam antrian yang sudah meliuk-liuk. Tidak sampai satu menit saya antri, ada petugas yang memberi tahu bahwa jatah tiket untuk hari itu sudah habis. Kecewa yang sudah diprediksi. Berharap masih ada kesempatan, saya belum mau meninggalkan keramaian di loket itu. Sekali lagi saya melihat-lihat sekitar dan tak disangka saya bertemu dengan seseorang yang sangat familiar sepuluh hari belaka
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI