Mohon tunggu...
Sosbud Artikel Utama

Teknik UNHAS Seharusnya???

25 April 2015   06:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:42 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknik Universitas Hasanuddin seringkali diidentikkan dengan budaya kekerasan di dalamnya dan seringkali orang mencap sebagai individu-individunya yang urakan dan pemberontak. Mungkin seperti itulah media berhasil memberikan stigma-stigma negatif terhadap masyarakat. Seringkali kita melihat dalam pemberitaan tentang kejadian-kejadian yang sangat membuat miris masyarakat, bahkan dalam lingkup UNHAS sendiri. Di tengah maraknya masalah-masalah yang menimpa negeri ini, budaya-budaya kekerasan yang berkembang di UNHAS, tentunya sangat menyayat hati rakyat Indonesia, menyaksikan kaum akademisi yang melakukan kekerasan fisik, tawuran, rusuh, sungguh suatu dinamika yang meski secara psikologis adalah wajar bagi usia tersebut, namun selalu dihantui resiko yang tidak kecil.

Bertindak anarkis, brutal dan membabi buta, tentunya bukan hal yang diinginkan siapapun. Yang paling merugikan lagi, aksi-aksi tersebut sampai merusak fasilitas kampus, melukai para mahasiswa, bahkan kadang sampai menghasilkan korban jiwa. Mahasiswa yang diagung-agungkan sebagai social control, agent of change, moral force, ketika tidak menjalankan fungsinya tentunya ini menjadi masalah bagi siapapun, birokrasi kampus, rakyat, hingga pemerintah. Kerena mahasiswa adalah kaum yang sangat dekat dengan kedua lini, dekat dengan rakyat dan kritis terhadap pemerintah. Inilah ironinya, ajang keramain yang dilakukan bersama dengan saudara sendiri, sesama mahasiswa UNHAS, dianggap sebagai hal rutin, sebagai ajang 'refreshing' katanya.

14299192231090614487
14299192231090614487
Meski hal tersebut tidak dapat dipungkiri, namun seringkali berita yang diangkat tidak berimbang dengan pemberitaan tentang prestasi-prestasi yang telah diraih oleh civitas akademika Fakultas Teknik. Tak sedikit prestasi yang dihasilkan oleh akademisi Teknik UNHAS, tak jarang civitas akademika Teknik UNHAS mengharumkan nama Indonesia. Namun, sejauh mana ekspos media terhadap hal tersebut?

Pernahkah kita mendengar Pendakian Gunung Elbrus, Rusia yang dilakukan oleh 3 Mahasiswa Teknik UNHAS? Mahasiswa Teknik UNHAS yang berprestasi di PON bahkan hingga tingkat kejuaraan dunia? Hal-hal inilah yang jarang mendapatkan perhatian dari media. Dengan alasan rating, mereka membuat pemberitaan yang berlebih tentang hal-hal negatif, bad news is good news.

1429919273725639064
1429919273725639064
Dengan segala kekurangan yang terekspos, bukan berarti mahasiswa Teknik miskin prestasi. Beberapa prestasi yang dihasilkan mahasiswa Teknik diantaranya pembuatan mobil Gokar Hybrid, juara pertama kontes robotika region V di Manado, Kegiatan OMBAK sebagai Wujud Kepedulian Sosial dan Konservasi Lingkungan yang dilakukan oleh Mahasiswa Teknik perkapalan, juara III dalam Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN) tahun 2012 dan masih banyak lagi, yang kesemuanya mendapatkan perhatian di tingkat nasional, namun kurang mendapatkan sorotan. Nah! Seperti inilah yang seharusnya harus terus dikembangkan untuk memutarbalikkan stigma-stigma yang berkembang di masyarakat.

Calon Insinyur sepatutnya adalah mereka yang akan membangun dan mengatasi permasalahan-permasalah bangsa nantinya. Insinyur inilah yang harus lantang berbicara dengan caranya, ketika yang lain hanya bergelut dengan retorika tanpa implementasi yang jelas. Tidak hanya dipandang sebelah mata yang hanya sebagai pekerja. Mahasiswa Teknik, dari awal dibentuk untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada, berfikir kreatif, solutif, bekerja cepat dan tanggap menghadapi masalah. Sebagaimana UNESCO memperkenalkan empat pilar belajar, yaitu: Learning to know, Learning to do, Learning to live together, dan Learning to be, tentunya seperti itulah mahasiswa sejatinya belajar dan bertindak.

Bangsa ini memerlukan pemikir-pemikir baru, menggantikan mereka-mereka yang terjajah oleh sikap-sikap hedonisme. Bukan mereka yang yang berfikir primitif menghadapi era globalisasi yang semakin ekstrim. Meski kearifan lokal harus tetap terpelihara, namun harus disinergikan dengan realitas-realitas yang ada dan berkembang saat ini. Tidak perlu lagi dengan cara-cara kekerasan. Mahasiswa Teknik dituntut bermental baja, berfikir kreatif, kritis, analitis dan ilmiah, jangan sampai berfikir parsial dan labil mengingat tanggung jawab yang akan diaemban kedepannya, bukanlah hal sepele. Kehidupan mahasiswa yang sarat akan konflik, tantangan, dan cobaan adalah sebuah dinamika yang harus dihadapi dengan penuh percaya diri dan keyakinan kuat dalam bersikap. Indonesia dengan segala potensi yang ada membutuhkan Insinyur yang handal dan mapan dari segi emosional.

Dengan segala upaya prventif dari civitas akademika UNHAS, Teknik UNHAS hari ini, akan lebih baik dari sebelumnya, Teknik saat ini akan lebih berprestasi lagi dan mampu bersaing hingga tingkat nasional dan internasional. Dengan, hijrahnya Teknik ke kampus yang baru, yang tentunya bukan hanya sekedar berpindah, namun hijrah yang sebenarnya. Menjadi generasi yang menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tidak ada lagi budaya kekerasan, tinggal menunggu bagaimana cara menyalurkan energi-energi yang berlebih yang dimiliki para generasi muda tersebut ke hal yang positif dan produktif. Tidak lagi, energi-energi berlebih tersebut disalurkan ke hal-hal yang hanya yang akan mencap sebagai mahasiswa barbar.

14299193141878465008
14299193141878465008
Sudah cukup kerugian-kerugian yang dialami para mahasiswa, kampus, dan bahkan mereka yang tidak bersalah. Sudah cukup korban yang berjatuhan, hanya untuk menampilkan eksistensi namun dari hal yang kurang bisa diterima akal sehat. Semoga dengan wajah baru di Fakultas Teknik Gowa, bisa menjadi titik awal untuk memupuk eksistensi dangan cara yang lebih santun, yang mampu mengharumkan nama UNHAS dan Indonesia tentunya.

Untuk itu, dengan segala pemberitaan yang ada, tidak mungkin kita menyalahkan media, namun yang perlu kita lakukan adalah berbuat lebih lebih dan lebih baik lagi. Kesadaran akan posisi sebagai kaum akademisi harus senantiasa tercermin melalui sifat-sifat dan sikap yang berintelektual. Jangan sampai, mahasiswa dicap sebagai pembuat keonaran, Indonesia sedang menunggu kita, menunggu pemikiran-pemikiran baru yang akan muncul dari generasi baru yang lebih fresh dengan semangat dan pemahaman baru atas realitas yang terus berkembang dengan dinamis. Generasi baru yang akan meneruskan kebenaran ketika yang tua meninggalkannya. Generasi yang akan memelihara keberanian ketika yang tua bersembunyi, yang bergerak ketika yang tua telah lumpuh, yang akan dengan benar memahami realitas ketika yang tua tersesat. Kitalah yang akan tetap lantang bersuara ketika yang tua terperosok dalam pesimisme dan terhanyut dalam pragmatisme. Karena, kitalah tumpuan harapan bangsa!!!

Jayalah Teknik!!! Jayalah UNHAS!!! Jayalah Indonesiaku!!!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun