Mohon tunggu...
Indra Andrianto
Indra Andrianto Mohon Tunggu... Guru - #MerawatIngat

Penulis Buku Kumpulan Opini #MerawatIngat

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liverpool: Miracle of Istanbul

7 Juli 2023   18:52 Diperbarui: 7 Juli 2023   19:09 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi pembaca yang suka dengan olahraga sepak bola, pasti tidak asing dengan klub yang berasal dari kota Merseyside (Liverpool). Di Inggris kompetisi sepak bola memanglah sangat kompetitif hal tersebut dikarenakan klub-klub hebat seperti Arsenal, Chelsea, Spurs, Manchester United, Manchester City termasuk Liverpool didalamnya bermain dalam satu kompetisi liga yang kita kenal sebagai English Premier League.

Permainan keras dan cepat menjadi karakteristik liga di negara ratu Elizabeth. Sepanjang liga Inggris bergulir hanya ada dua klub tersukses yang menjadi rivalitas diantara mereka berdua yaitu Liverpool dan Manchester United. Keduanya juga pernah menjadi penguasa eropa dengan gelar yang mereka dapat. Liverpool meraih enam gelar juara liga Champions sedangkan Manchester United dengan tiga gelar liga Champions. Untuk trophy liga utama inggris Liverpool berhasil mengoleksi sembilan belas gelar juara dan Manchester United dengan dua puluh gelar juara. Sejauh ini rivalitas antara Liverpool dan Manchester United masih berlanjut diantara mereka ingin tampil sebaik mungkin dan menjadi yang terbaik di Inggris.

Sebagai penggemar Liverpool tentu ada rasa kebanggaan tersendiri dengan apa yang telah dicapai oleh klub. Selain trophy atau sejarah klub ada sisi menarik yang menjadi alasan mengapa Liverpool menjadi klub yang mampu memikat hati para penggemarnya. Liverpool merupakan tim dengan penuh kejutan diantaranya tentu para penikmat sepakbola masih ingat dengan final yang terjadi di Istanbul (Turkey) pada tahun 25 Mei 2005 ketika Liverpool berhadapan dengan tim kuat AC Milan dari Italia. Laga yang berlangsung pada Final UCL musim 2004-2005 tersebut menyajikan drama yang akan selalu diingat oleh masyarakat dunia. Bahkan FIFA menyebut final tersebut termasuk dalam salah satu laga Final Liga Champions paling dramatis dan di ingatan para pendukung Liverpool mengingatnya dengan sebutan Miracle of Istanbul.

Bagaimana tidak, ketika itu Liverpool tertinggal tiga gol terlebih dahulu di babak pertama oleh para pemain AC Milan masing-masing gol dicetak oleh Maldini pada menit 1' dan brace dari Cresspo pada menit 39' dan menit 44' hingga babak pertama ditutup dengan skor sementara Liverpool 0-3 AC Milan. 

Ketika itu pertandingan berlangsung di stadion Ataturk Olympic Istanbul suasana hati pendukung Liverpool di tribun stadion sangatlah campur aduk. Mereka terlihat menangis, ada yang tertunduk lesu, ada yang menggelengkan kepala seakan-akan tidak percaya bahwa itu adalah mimpi buruk dan tapi yang pasti prinsip pendukung Liverpool mereka tidak akan meninggalkan Liverpool berapapun hasil akhirnya yang didapatnya nanti "If you can't support us when we lose or draw, don't support us when we win" - Bill Shankly. 

Mereka akan tetap setia mendukung Liverpool sampai akhir pluit pertandingan dibunyikan dan mereka tidak akan meninggalkan atau keluar dari pintu stadion. Mereka akan tetap berdiri memberikan dukungan kepada Liverpool dengan semangat loyalitas dan kecintaannya pada klub mereka bernyanyi dan berusaha memberikan yang terbaik agar mental para pemain Liverpool kembali bangkit. Meskipun pada hari itu terlihat sangat sulit mengingat Liverpool sedang tertinggal dengan selisih tiga gol dan tim yang dihadapi bukanlah lawan yang mudah yakni AC Milan. AC Milan adalah klub yang sudah lalu lalang di Final Liga Champions hal itu terbukti dengan raihan trophy yang mereka raih sebanyak 7 gelar eropa.

Istanbul dan Lagu You'll Never Walk Alone

Babak kedua pun dimulai. Di tribun para Liverpudlian masih berdiri tegak menyemangati klub yang sedang berjuang. Lagu You'll Never Walk Alone tak henti-hentinya dikumandangkan sehingga menimbulkan kebisingan di sisi stadion. Suasana seakan hanya ada Liverpool, supporter Liverpool, dan sebelas pemain AC Milan. Tentu hal tersebut sangat mempengaruhi mentalitas AC Milan mengingat dalam pertandingan sepak bola peran supporter memiliki peran sangat penting sebagai pemain kedua belas. Dengan semangat dan keyakinan yang ada dalam lagu You'll Never Walk Alone yang dinyanyikan sepanjang menit pertandingan membuat mental Liverpool terangkat dan pada jalannya babak kedua kapten Liverpool yaitu Steven Gerrard berhasil memperkecil skor pada menit 54'. Gol tersebut tentu sangatlah krusial yang mampu mengangkat moral dan semangat para pemain Liverpool lainnya untuk optimis mengejar ketertinggalan. Semangat para pendukung dan pemain Liverpool tak henti-hentinya memberikan tekanan pada AC Milan melalui chants-chants Liverpool.

Sungguh ini final yang dramatis setelah gol Gerrard. Liverpool menambah lagi jumlah golnya kali ini oleh Smicer pada menit 56'. Permainan semakin menegangkan mengingat peluang untuk menyamakan atau membalik keadaan sangatlah terbuka saat ini kedudukan menjadi Liverpool 2-3 AC Milan. Supporter Liverpool semakin bergemuruh Walk on, Walk on, with hope in your heart and you'll never walk alone (jalan terus, jalan terus dengan harapan di hatimu dan kamu tidak akan pernah berjalan sendirian...). Begitu kira-kira beberapa kutipan lagu You'll Never Walk Alone yang dinyanyikan oleh para fans Liverpool. Dan pada menit 58' Steven Gerrard dijatuhkan di area terlarang pemain bertahan AC Milan. Wasit pada hari itu memberikan hukuman tendangan penalti pada AC Milan dan Xabi Alonso maju menjadi eksekutor tendangan 12 pas dan tendangan penalti Xabi Alonso sempat ditepis oleh Dida kiper AC Milan namun Xabi Alonso dengan sigap menyambar bola mentahan yang sempat ditepis tersebut hingga akhirnya menghasilkan gol pada menit 61'. Kedudukan semakin menegangkan Liverpool mampu come back dengan skor menjadi Liverpool 3-3 AC Milan.

Babak kedua berakhir dengan skor sama kuat Liverpool 3-3 AC Milan. Dan permainan berlanjut pada babak ekstra time. Sebenarnya pada ekstra time AC Milan bisa saja mengakhiri Liverpool jika saja tendangan Shevchenko tidak ditepis Jerzy Dudek dan sambarannya melambung diatas gawang. Padahal hanya jarak beberapa sentimeter saja dari gawang Liverpool namun keberuntungan masih memihak pasukan Liverpool. Ekstra time tidak merubah apapun, skor final liga champions di stadion Ataturk Istanbul Olympic masih sama kuat. Dan wasit melanjutkan pada babak adu penalti. Pada babak adu penalti para fans masih menyanyikan lagu You'll Never Walk Alone seakan-akan lagu tersebut sangatlah magis. Begini arti lirik lagu You'll Never Walk Alone yang dinyanyikan oleh suporter Liverpool di Istanbul lagu tersebut penuh makna dan kekuatan. Setiap katanya seperti doa yang mampu mengantarkan Liverpool pada keajaiban:

"Saat kau berjalan lalui badai tegakkan kepalamu dan jangan takut pada gelap di akhir badai, ada langit keemasan. Dan lagu bahtera perak yang indah. Teruslah berjalan lalui angin, Teruslah berjalan lalui hujan Meski mimpi-mimpimu terombang-ambing Teruslah berjalan dengan asa di hatimu Tak kau takkan pernah berjalan seorang diri Kau takkan pernah berjalan seorang diri Teruslah berjalan dengan asa di hatimu Tak kau takkan pernah berjalan seorang diri Kau takkan pernah berjalan seorang diri".

Miracle of Istanbul, keajaiban benar-benar terjadi disini (Istanbul). Liverpool berhasil memenangkan adu penalti atas AC Milan. Dan sukses mengangkat trophy liga champions musim 2004-2005. Liverpool melawan ketidakmungkinan sehingga menjadi mungkin. Semangat juang suporter dan pemain Liverpool berbuah hasil. Tidak ada yang tidak mungkin disini keajaiban benar-benar ada dan final liga champions musim 2004-2005 antara Liverpool dan AC Milan mengajarkan kita semua tentang jalan juang dan semangat pantang menyerah. Tidak ada yang tidak mungkin semuanya pasti mungkin jika usaha yang dilakukan benar-benar ada. Andai saja para suporter Liverpool pesimis dan pemain Liverpool sudah menyerah pada babak pertama. Maka, tidak ada yang namanya kemenangan. Dan benar apa yang dikatakan Ucok Homicide bahwa "kemungkinan terbesar adalah memperbesar kemungkinan pada ruang ketidakmungkinan sehingga tidak ada lagi satu orang pun yang berkata tidak mungkin" Liverpool dan fans hari itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun