Setelah Laut Bercerita, Genduk, Â Gadis Pantai dan beberapa karya yang sudah ia baca. Hari ini dia juga mengenal karya mendiang Sapardi Djoko Damono, Â penulis dan sastrawan kesohor yang pernah dimiliki bangsa ini.
Kita mengenal karya-karya mendiang Sapardi seperti puisi Hujan Bulan Juni, Aku ingin, pada suatu hari nanti dan lain-lain. Yang hampir beberapa puisi juga dijadikan novel. Â Dan berikut visualisasi puisi karya Bernadette tentang puisi Sapardi Djoko Damono "Tentang Mahasiswa Yang Mati, 1996"
Tentang Mahasiswa Yang Mati, 1996 (Karya: Sapardi Djoko Damono)
Aku mencintainya sebab ia mati ketika ikut rame-rame hari itu. Aku tak mengenalnya, hanya dari koran, tidak begitu jelas memang, kenapanya atau bagaimananya (bukankah semuanya demikian juga?) tetapi rasanya cukup alasan untuk mencintainya. Ia bukan mahasiswaku.Â
Dalam kelas mungkin saja ia suka ngantuk, atau selalu tampak sibuk mencatat, atau diam saja kalau ditanya, atau sudah terlanjur bodoh sebab ikut saja setiap ucapan gurunya.Â
Atau malah terlalu suka membaca sehingga semua guru jadi asing baginya. Dan tiba-tiba saja, begitu saja, hari itu ia mati; begitu berita yang ada di koran pagi ini entah kenapa aku mencintainya karena itu. Aneh, koran ternyata bisa juga membuat hubungan antara yang hidup dan yang mati, yang tak saling mengenal.Â
Siapa namanya, mungkin disebut di koran, tapi aku tak ingat lagi, dan mungkin juga tak perlu peduli. Ia telah mati hari itu--dan ada saja yang jadi ribut. Di negeri orang mati, mungkin ia sempat merasa was-was akan nasib kita yang telah meributkan mahasiswa mati.
Silahkan interprestasikan sendiri untuk puisi tersebut, sebab saya ingat pesan mendiang saat diwawancarai mbak Najwa Shihab (mbak Nana). Â
"Puisi yang bagus, Â adalah puisi yang mampu ditafsirkan banyak orang. Â Semakin banyak inteprestasi tentang puisi maka puisi itu akan hidup. Kalau puisi hanya dimaknai sekali, ya gak akan hidup puisi tersebut" ujar mendiang Eyang Sapardi Djoko Damono.Â
Bio Visualitator: