Ternyata kembali, ada "sesuatu" yang mesti di pelajari. Bahwa, sukses yang dikembangkan Jepang adalah sukses ala materialisme. Keberhasilan di ukur dengan capaian materi.
Sehingga implikasinya, mereka kuat bekerja,senang menepati waktu karena motivasi yang rendah. Semata-mata karena mengejar materi, dunia. Indikasinya jelas bahwa mereka akan mudah frustasi dan pada akhirnya mati bunuh diri karena sumber motivasinya rendah.
Menjawab pertanyaan, Sukses dalam Islam.
Islam, sebagai agama-pandangan hidup, pegangan politik dan spiritual memberikan pengajaran bahwa sukses adalah dimana ketika kita mampu, mau, bekerja untuk Ridha Allah SWT. Sehingga, marah dan diamnya kita di atur oleh SYara', hukum Allah SWT.
Tidak sedih dengan orang yang suka mencela, dan tidak pula takut dengan orang mencerca. Diam dan marahnya berdasar semata karena Allah SWT, tidak peduli apa kata manusia, kalau itu memang perintah, maka mereka akan berkata "Kami dengar, dan kami taat". Semua gerak-geriknya berdasar pada Islam. Sehingga apabila mereka mau mencontoh peri kehidupan Rasulullah SAW, niscaya mereka akan menjadi Al Quran berjalan, rahmatal lil 'alamien.[caption id="attachment_273394" align="aligncenter" width="300" caption=""]
Paradoks Hari Ini.
Mungkin kita setengah yakin atau setengah ragu dengan ini. Bahwa Islam mampu menjawab semua ini. Hal ini dikarenakan fakta kehidupan yang kita indera, realitas kehidupan Orang Islam tidak maju-maju, bahkan sangat merosot.
Maka jawabannta sangat pendek bahwa ada "sesuatu" yang kembali mereka lupakan. Penerapan Islam secara kaffah, Daulah Khilafah Islamiyah.
Jawaban yang singkat, namun akan ada penjelasan lanjut tentang.
"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah dalam Islam secara kaffah (menyeluruh)".
"Dan barang siapa yang tidak berhukum pada hukum yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang fasiq-munafiq-kafir".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H