Meskipun semua sejarawan dan akademisi sepakat bahwa wabah hanya bisa dihentikan oleh vaksin. Tidak dengan cara apapun.
Lalu ditengah keruwetan seperti ini, masyarakat dan semua pihak yang sudah bingung kewalahan memetakan keadaan memunculkan statement. TERSERAH, SAK KAREPMU, SEMAU-MAUMU.Â
Energi positif dari semua elemen masyarakat untuk bersama-sama mengantisipasi wabah berganti dengan negatifnya sikap acuh, sikap abai, penat dan jalin sosial lainnya karena tidak mampu mengatasi keadaan.
Sikap abai ini tentu akan bergerak kepada datangnya laju gelombang kedua wabah, penyebaran yang lebih luas, kematian yang lebih tinggi, dan tentu kehancuran-kehancuran setiap sektor tidak mungkin bisa tertahan.
Kuncinya tetap pada kerja sama, gotong royong, dan menjaga titik vital dari urgensi gelombang kedua wabah. Merawat petani dan mengapresiasi, mengawasi semua sektor perpanjangan tangan negara di desa-desa, dan tentunya adalah dukungan total kepada sains dan kawan-kawan kita yang hari ini berada didepan perjuangan melawan wabah.
Terus memetakan keadaan dengan kewarasan, dengan logika yang sehat, kesadaran penuh, dan terus memuasai segala bentuk keadaan untuk tidak perlu gegabah dan malah abai.
Sikap abai hanya mempercepat gelombang kedua, jika ia datang, sudah siapkah? Atau akan timbul kekacauan lebih hebat lagi.
Selamat menebar terus energi positif dan kebaikan-kebaikan.
Jangan menyerah, yok bisa yok!
Surakarta, 21 Mei 2020
Indra Agusta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H