1. Potensi Lahan Kering yang Luas
Fakta menunjukkan, terdapat sekitar 191,01 juta hektar lahan sub-optimal yang tidak termanfaatkan. Angka ini sungguh besar sekali apabila mampu mengoptimalkan potensinya. Terdapat 144 , 47 juta hektar lahan kering yang tersebar di seluruh Indonesia.Â
Dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang dicanangkan tercapai pada tahun 2045, potensi lahan kering ini harus dimanfaatkan. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat sekitar 1,8 juta hektar lahan kering. Lahan seluas ini dapat menunjang Ketahanan pangan wilayah apabila berhasil dimanfaatkan.
Sekarang, pemerintah mempunyai solusi untuk meningkatkan produksi kedelai, yaitu dengan Ekstensifikasi Lahan/meningkatkan luas Tanam kedelai dengan memanfaatkan potensi lahan kering.Â
Luas lahan yang sesuai untuk tanaman pangan adalah 25 juta hektar, dan di NTB luas lahan yang sesuai untuk tanaman pangan sekitar 300.000 hektar. Angka yang cukup fantastis.
2. Pengapuran
Ini adalah solusi untuk menaikkan pH tanah agar tidak terlalu masam. Metode ini bisa diaplikasikan pada lahan bekas tanam padi yang tergenang. Karena kedelai menghendaki pH netral untuk tumbuh optimal. Menaikkan pH tanah dipenuhi dengan penambahan unsur Kalsium (Ca) pada tanah.
Tidak hanya pengapuran, untuk menaikkan pH tanah juga bisa menggunakan Biochar dari limbah pertanian. Biochar adalah arang hayati yang mengandung karboh hitam stabil dari hasil pembakaran limbah pertanian, seperti tempurung kelapa, kulit kakao, batang tembakau, dll dalam keadaan rendah oksigen atau tanpa oksigen. Biochar mampu menaikkan pH tanah sampai kisaran 6,5.
3. Menjadikan kedelai sebagai komoditas utama tanaman pangan selain padi dan jagung
Petani di Nusantara tidak membudidayakan kedelai secara intensif, melainkan kedelai dijadikan sebagai tanaman sampingan/tanaman sela.Â
Sehingga, inilah yang menyebabkan produksi kedelai setiap tahun tidak meningkat signifikan, bahkan tidak pernah menembus angka diatas 1 juta ton per tahun.Â