Diantara Dua Kehidupan Manusia
Diri setiap orang sangatlah kompelks, apa yang kita liat pada orang lain merupakan kehidupan luarnya saja. Keidupan luar manusia adalah sesuatu yang nampak dalam manusia itu. Tubuh, pakaian, perhiasan dan segala hal yang terlihat menempel pada orang lain ialah kehidupan luar manusia. Kadang ada manusia yang memiliki kekurangan dalam hal kehidupan luarnya, baik karena keturunan atau mungkin cedera karena kecelakaan, misalnya ketika kita jatuh kemudian kaki kita lecet itu merupakan kerusakan yang terjadi di kehidupan luar manusia. Kemudian saudara-saudara kita yang terlahir dengan keadaan cacat juga merupakan ketidak sempurnaan pada kehidupan luar.
Kehidupan luar ialah kehidupan yang tampak, mudah bagi orang untuk memahaminya. Jika terjadi kerusakan pada kehidupan luar lebih mudah unutk diperbaiki. Teman kita yang terluka akibat jatuh dan harus memakai kursi roda disekolah pasti akan diperlakuan berbeda dengan teman kita yang normal. Begitu juga ketika kita jatuh dan lecet dibagian tangan, mudah bagi kita untuk menyembuhkannya, kulit yang terluka akan segera diobati dengan alkohol dan betadine sehingga akan segera kering dan terhindar dari kuman.
Disisi lain sempatkah kita befikir bahwa selain kehidupan luar yang tampak, dalam diri manusia yang sangat kompleks ternyata juga ada kehidupan dalam. Apa itu kehidupan dalam?, kehidupan yang tak terlihat oleh manusia meskipun unsur kehidupan itu menempel namun sulit bagi kita untuk melihatnya. Dalam hal ini yang dimaksud bukanlah organ dalam manusia, namun unsur psikis manusia.
Ada apa saja kehidupan didalam diri manusia? Ada sifat, karakter , watak dan yang lain. Yang saya ingin tonjolkan disini terkadang manusia kurangbisa memerlakukan kehidupan luar dan dalam secara adil. Maksudnya kadang manusia men-generalisir apa yang tampak dari luar juga sejajar dengan keadaan di kehidupan dalamnya. Misalnya kita cenderung mempersepsikan bahwa orang-orang kaya dengan pakaian yang mahal dan mobil yang mewah kehidupan dalamnya sangat bahagia. Memang dari prespektif kehidupan luarnnya memang bahagia, namun jika kita melihat dari prespektif kehidupan dalam, kemewahan harta dan tahta bukanlah tolak ukur untuk menilaidimana seseorang bahagia.
Kehidupan dalam manusiapun sangatberagam, layaknya kehidupan luar manusia. Ada manusia dengan tubuh yang tinggi, pendek,kurus, gemuk, mancung, dsb. Begitu juga dengan kehidupan dalamnya ada manusia yang sabar, egosi, pemarah, pemaaf, dan kombinasi-kombinasinya. Semua tercipta dengan keunikan-keunikan tersendiri. Kombinasi-kombinasi disini merupakan perpaduan dari berbagai karakter, sifat dan watak.
Nah, apakah kehidupan dalam bisa terjadi kerusakan?, sangat bisa, bahkan penyakit-penyakitnya ini ada beberapa yang tertuang langsung dalam kitab Al Quran, jauh sebelum penyakit-penyakit kehidupan luar ditemukan. Beberapa penyakit kehidupan dalam diantaranya, dengki, iri, dendam, sombong dkk. Beberapa itu mungkin penyakit yang umum dan agak lebih mudah untuk dideteksi. Ada kerusakan-kerusakan lain yang sifatnya lebih ringan namun sangat susah untuk dideteksi. Misalnya ketika anda sedang mengantri tiba-tiba saja ada orang marah-marah pada anda karena anda tak sengaja menyenggolnya. Mungkin bagi anda itu hal yang sepele namun ternyata orang yang disenggol itu merasa sebaliknya. Ada dua kemungkinan apakah dia memang orang pemarah atau mungkin dia sedang capek kemudian melalui proses menyenggol itu melukai perasaannya sehingga ia marah. Terlepas dari contoh itu masih banyak hal lagi yang terlihat sepele disatu orang menjadi hal yang sangat luar biasa bagi orang lain dengan berbagai kemungkinan penyebab dan alasan.
Kadang kita masih sering tak sadar memperlakukan orang-orang yang mengalami kerusakan atau cedera pada kehidupan dalamnya dengan orang-orang yang normal pada umumnya. Seperti yang sudah saya contohkan diatas ketika teman kita yang cedera pada kehidupan luarnya sehingga harus memakai kursi roda maka kita akan memperlakukan secara berbeda dengan teman yang normal. Namun jika ada teman kita yang sedikit terluka pada kehidupan dalamnya kadang kita masih memperlakukan sama dengan teman yang lain. Ya alasan nya karena mungkin kita tak tahu, karna kita tak melihat ada kerusakan pada kehidupan dalamnya.
Bagi saya semua manusia memiliki potensi yang sama. Meski masih menjadi perdebatan antara seberapa besar pengaruh gen dan lingkungan, nampaknya ketika bayi lahir mereka membawa potensi yang sama, akan jadi apa manusia itu karena usahanya. Jadi sifat-sifat dan karakter yang kurang baik mungkin adalah hasil belajarnya baik saat kecil (dalam keluarga) maupun ketika sudah dewasa. Dalam hal ini unsur gen berperan sebagai nilai dari sifat dan karakter manusia. Maksudnya, meski setiap manusia memiliki potensi untuk menjadi orang pemarah namun nilai nya berbeda, misalnya A dan B memiliki potensi sifat marah namun si A lebih besar yaitu 80 dan B hanya 30. Jadi bisa dibayangkan jika kita memberikan stimulus marah yang sama A dan B secara sama, pasti akan menimbulkan respon yang berbeda. Itu baru sifat pemarahnya belum pemaaf, dermawan, sombong, dan yang lain. Dari sekian banyak sifat itu nanti akan menjadi suatu kombinasi (angka-angka). Misalnya A memiliki kombinasi sifat pemarah 30, dermawan 50, sombong 70, dst. Mungkin sangat ruwet jika kita ingin mengetahui secara detail aspek dari kehidupan dalam manusia. Namun bukan menjadi alasan bagi kita untuk berusaha mengetahui sisi luar maupun dalam orang lain.
Meski penyakit kehidupan dalam tak bisa diobati dengan betadine agar cepat kering dan dialkohol sehingga terhindar dari kuman, namun penyakit kehidupan dalam sebenernya mungkin akan lebih cepat kering ketika kita mau berusaha untuk mengerti dan memahami orang lain. Dan percayalah bahwa positif thinking bisa menjadi alcohol agar kehidupan dalam kita lebih bersih.
Lihatlah orang lain dari dua sisi kehidupan, karna tak semua wajah yang tersenyum itu bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H