Desember  membiru
Pekat malam, menyatu dering  jangkrik  bersahutan
Rasa yang terabaikan, teronggok di pojok  ruang yang tersisa
Meronta, merintih, Â pedih
Bulir bening mengalir bersama rasa yang terkoyak
Asa yang ingin berontak, tertawan kelunya kata yang tak terucap
Nafas yang terengah menahan tangis,
Bulir itu tak terbendung semakin deras
Pecah . . .
Isak yang tertahan, Â kini seirama dengan bulir berjatuhan
Akhirkah…?
Tidak …!
Haruskah …
Batin yang bergejolak, sesal yang membuncah
Bergelut dengan rasa yang tersisa
Janji  yang terejam oleh rasa kecewa
Menumbangkan  keteguhan hati yang hampir patah
pada siapa yang menjadi sandaran
Tidak… wahai hati kuatlah
Sendiripun  engkau  bisa
Ada Dia sang Maha tahu, ikhlaskan, lepaskan segala gundah
Bersimpuh dan mengadu untuk  takdir yang tak mampu kau ubah
                        Â
                                           29 Desember
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H