Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia (WHO) Prof. Tikki Pangestu menyebutkan, jumlah perokok di Indonesia berada pada angka 65 juta jiwa. Dengan angka yang sangat tinggi ini, Prof. Tikki mengupayakan adanya solusi untuk mengurangi jumlah perokok aktif dengan menghentikan kebiasaan merokok atau mengalihkannya dengan produk tembakau alternatif, seperti tembakau yang dipanaskan.Â
Produk ini tentu sudah memiliki kajian ilmiah dengan konsep pengurangan risiko kesehatan. Di Inggris, riset membuktikan bahwa produk tembakau alternatif 95% lebih rendah risiko dibanding dengan mengkonsumsi rokok biasa.Â
Produk tembakau alternatif, seperti tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan produk serupa lainnya memiliki risiko zat yang lebih rendah dari rokok. Selain itu, produk ini juga terbukti efektif untuk para pengguna rokok aktif yang mau berhenti mengkonsumsi rokok.
Tidak hanya di Inggris, tetapi negara maju lainnya seperti Jepang sudah berhasil menurunkan angka perokok dengan produk Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL). Agar di Indonesia dapat diterapkan produk HPTL ini, menurut Prof. Tikki, harus ada edukasi terlebih dahulu mengenai produk ini, serta bagaimana efektifitas produk ini untuk perokok aktif dewasa yang ingin behenti merokok.Â
"Yang perlu sangat ditekankan bahwa produk ini harus memiliki pembatasan akses, produk ini tidak bisa dikonsumsi oleh anak di bawah 18 tahun," ungkapnya.
Hadirnya tembakau alternatif atau HPTL diyakini bisa memberikan dampak yang sangat baik untuk risiko kesehatan. Mengapa demikian? Karena menurut Peneliti dari VVT Techical Research Centre of Finlad, Teemu Karkela, asap rokok terdapat kandungan partikel padat saat proses pembakaran. Sedangan HPTL, seperti tembakau yang dipanaskan, hanya menghasilkan aerosol atau uap. Proses pemanasan yang terjadi pada produk ini juga berada di bawah 350 derajat celcius.Â
Menurut Teemu, HPTL ini tidak menghasilkan partikel padat seperti yang ada pada rokok. Karena melalui proses pemanasan, hal ini menghasilkan pengurangan yang sangat penting dari zat kimia yang memiliki potensi berbahaya.
Sementara itu, Head of Medical Community Alodokter, Alni Magdalena menuturkan, zat nikotin menyebabkan ketergantungan pada rokok. Dan kandungan TAR yang terdapat pada asap rokok ini yang sangat berbahaya dan bisa menyebabkan penyakit untuk pengkonsumsinya.
Dari zat kimia yang berbahaya ini dapat memicu perkembangan sel kanker di tubuh manusia, zat ini juga dapat mepersempit saluran udara kecil di paru-paru yang bertugas untuk menyerap oksigen.
Sejalan dengan itu, Ahli Toksikologi dari Universitas Airlangga, Shoim Hidayat, HPTL yang menghasilkan aerosol mengandung lebih dari 90% partikel cair. Tidak seperti kandungan yang berada pada rokok yang mana terdapat kandungan nikotin, gliserol, TAR, dan kandungan berbahaya lainnya.
Maka dari itu, dengan adanya inovasi yang mulai berkembang dengan kajian ilmiah, produk alternatif ini harus mulai disosialisasikan secara lebih massif. Dengan adanya edukasi juga diharapkan bisa menjelaskan fakta bahwa produk tembakau alternatif ini memiliki risiko yang lebih rendah dibanding dengan mengkonsumsi rokok.Â