Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Harmoni Malam Ini

24 November 2022   11:33 Diperbarui: 25 November 2022   21:05 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerpen Harmoni Malam Ini (Foto: By StockSnap Via Pixabay)

Dan begitu saya mendongak, benar saja, ada gerobak bakso melayang-layang di atas tiang listrik ini. Dan tak pikir panjang, saya pun lari sekencang-kencangnya. 

Kevin dibuat merinding mendengar cerita Barkah. Terlebih malam ini malam Jumat. Mabuk benar-benar hilang. Semangkuk mie kuah pedas, teh hangat, dan cerita seram. Paket lengkap penawar mabuk dan kesepian. 

**

Seminggu lamanya Kevin pergi ke luar kota. Mengurus bisnis tambang di wilayah timur yang menjanjikan. Ia memilih mengejar cuan, ketimbang menjenguk bapaknya yang sakit keras. Meski sanak saudara sudah berkali-kali memintanya pulang. 

Kevin bergeming, ia kukuh pada pendirian. Bergelas-gelas whiskey ditenggak untuk menenangkan pikiran. Dan walaupun tak ada kerinduan. Namun ternyata, hubungan darah lebih kental daripada kuah mi tek-tek, dan melekat kuat sampai akhir hayat. 

Tek...Tek...Tek... 

Dan aroma daun bawang yang ditabur di atas kuah mi mengalihkan lamunan. Dalam mabuknya ia melihat Barkah. Memikul gerobak, berjalan pelan di bawah temaram lampu jalanan. 

Kevin yang mabuk berat tak sanggup lagi berteriak. Ia hanya melambaikan tangan untuk memanggil Barkah. Hingga gerobak pikul Barkah diletakkan, Kevin hanya dapat mengacungkan satu jari. 

Namun Barkah terdiam. Mematung dengan wajah pucat di depan gerobak pikul yang tampak berantakan. Dan membiarkan Kevin tertidur lemas dalam mabuknya.

Malam berikutnya, Kevin duduk sendiri di sudut ruangan. Musik menggema, tetapi terdengar seperti dengungan belaka. Ia gagal enjoy. Kabar sang bapak yang sakit keras di kampung, kian mengganggu. 

Bapak yang tega menelantarkan, dan membiarkannya menderita dalam asuhan orang lain. Bahkan ketika dewasa, ia tak diakui sebagai anak. Dan tak jarang dihinakan dengan umpatan haram jadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun