Barkah mengiris daun bawang, dan menaburkannya di atas mi yang tengah dimasak bersama telur. Kuah kental dicampur rajangan bawang putih halus, ditaburi bubuk udang kering. Ditambah potongan tipis tomat segar, cabai rawit, dan selada. Dan semangkuk mi tek-tek, siap disajikan.Â
Harmoni, pukul dua dini hari. Pesta tak pernah usai di pusat Jakarta. Jalanan tergenang sehabis hujan. Mobil-mobil mewah keluar-masuk pub malam. Di belakang mal khusus elektronik, dua anggota ormas baru keluar dari panti pijat. Dan bunyi sirine terdengar sayup-sayup.
Di lapak mi tek-tek di seberang jalan, perempuan paruh baya bercengkrama dengan dua remaja tanggung. Mereka menyalakan rokok dan menyeruput teh hangat, setelah meletakkan mangkuk kosong ke dalam ember.Â
Barkah, penjual mi tek-tek, sebenarnya berjualan keliling. Namun menjelang pukul sebelas malam, ia biasa mangkal di tempat ini. Di trotoar pusat perbelanjaan di bawah tiang listrik. Menjaring rejeki yang tersisa di ujung hari di ibu kota.Â
Penjual mi tek-tek bak pahlawan bagi perut keroncongan. Pejuang lembur, penjaga malam, pengunjung dan pekerja tempat hiburan, adalah pelanggan setia.Â
"Mie kuah porsi babon! Pedas!" Kevin berteriak-teriak memesan semangkuk mi. Pemabuk itu sempoyongan saat hendak mengambil bangku. Namun pembeli lain, sudah tak kaget dengan kehadirannya.
Kevin terbiasa muncul menjelang pukul tiga pagi. Di saat pub sudah hampir tutup, musik akan berhenti, berganti cekikikan rombongan perempuan malam yang keluar terhuyung-huyung.Â
Tak disangka, pemabuk itu orang yang sukses dikata orang. Kevin pemilik usaha pertambangan. Di siang hari ia berkutat pada kalkulus, desain, dan rencana observasi mineral. Dan malam hari ia berkutat pada entertain, negosiasi, dan melobi pejabat-pejabat pemerintahan.Â
Bila keluar dari pub, Ia tak pernah absen nongkrong di tempat Barkah. Menikmati semangkuk mi tek-tek menjadi semacam ritual untuknya. Ia pun percaya setelah makan mi pedas, mabuk akan berkurang dan badan kembali bugar.Â
Kevin makan begitu lahap, mukanya merah dan berkeringat. Di sela-sela suapan ia berkata, "Kang Barkah, ajarin dong masak mi enak kayak gini! Kalau Akang libur jualan, saya bingung makan mi di mana?"