Ia mencoba beranjak, tetapi Valen tiba-tiba berdiri seakan menahan Mona untuk mengakhiri pembicaraan ini. "Mona, aku mau menjadi bapaknya Bento!"Â
Mona terpaksa duduk kembali. Menunduk sekejap, dan menatap Valen dalam-dalam. Ia mengangkat tangan dan menunjukkan cincin kawin. Ikatan pernikahan memang sudah hancur. Namun di atas kertas, status Mona masih sebagai istri orang.Â
Dengan mata berkaca-kaca, Mona berkata lirih, "Valen, sudahi kelakarmu."Â
Dan keramaian di Pasar Maling seketika lenyap. Kehangatan cinta, semangat menyala, dan gairah membara, ternyata tak mampu melelehkan hati yang beku.Â
"Maafkan aku, Valen."Â Mona berkata dalam hati. Di satu sisi ia menginginkan Valen sebagai teman hidup. Namun di sisi lain, ia tak ingin menyandarkan harapan pada lelaki.
Valen menatap mata Mona dalam-dalam. Menarik nafas. Mereka bak berbicara tanpa kata-kata. Hening. Dan di Pasar Maling, tak pernah ada kisah cinta.
***
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI