"Eh, simpan gombalanmu! Kumpulkan yang banyak untuk dijual!" Jawab Mona, sembari turun dari motornya.Â
Hari itu, Pasar Maling cukup ramai. Kebanyakan pembeli datang, hendak mencari barangnya yang hilang dicuri, terbuang, atau dipinjamkan dan tak kembali.Â
Dan seorang kakek benar-benar percaya, bahwa pasar loak tempat Mona berdagang adalah tempat maling-maling menjual hasil curiannya. Padahal itu sekadar julukan. Barang bekas di Pasar Maling, kebanyakan didatangkan dari luar negeri.Â
Mona melirik kakek tua yang melihat-lihat dagangannya. Ia tak asing dengan sosok ini. Beliau biasa datang di akhir pekan. Namun akhir-akhir ini, beliau berkunjung hampir tiap hari.Â
Dan kali ini Mona mencoba bertanya, "Mau cari barang apa, Kek?"Â
"Liontin jam," jawabnya pelan.Â
Mona mengeluarkan sebuah kotak kayu dari bawah meja, dan berkata, "Ini Kek, pilih-pilih yang mana suka."
Sang kakek memperhatikan beberapa buah liontin jam di dalam kotak, tanpa menyentuh. Dan beliau pun berkata, "Maaf, Dek. Barang yang kucari tak ada di sini."Â
"Liontin jam yang lain banyak ini, Kakek."Â
"Taklah, liontin yang kucari ada ukiran nama mendiang istriku. Barang itu mungkin takkan kutemukan lagi. Tak apa biar kucari esok, setidaknya ingatan pada istriku tak pernah hilang."Â
Mona terenyuh pada kata-kata sang kakek. Ia tak menyangka, di dunia ini masih ada laki-laki yang begitu mencintai istrinya. Meski pun sudah tiada. Seorang kakek yang mencari barang peninggalan, hanya untuk merawat ingatan.Â