Di hari berikutnya, Martono sudah mulai keluar kamar. Dan desas-desus pun berhembus di antara tetangga. Kabarnya, suami Maimunah menjalani ritual nyengik, ngepet, dan dugaan-dugaan miring lainnya.Â
Bagaimana bisa ia membeli barang-barang mahal, tanpa pernah keluar rumah untuk bekerja?
Beberapa tetangga sampai repot-repot menguntit media sosial milik Martono. Bisa jadi ia punya penghasilan dari aplikasi online semisal YouTube, Instagram atau Tik-tok. Namun hasilnya nihil.Â
Di dalam rumah, Maimunah justru semakin gelisah. Tumpukan barang elektronik, tidak lebih berharga dari sekarung beras yang belum dibeli.Â
Dan soal omongan tetangga, Maimunah sudah tahan banting. Statusnya sebelum dinikahi Martono, jauh lebih memikat pergunjingan.Â
"Mas Tono! Beras lupa dibeli? Jual saja laptop jelek di dalam kamar!"Â
Martono meletakkan buku petunjuk manual penggunaan VR Box. Ia pun menghampiri istrinya, dan berbicara pelan, "Nanti saja, Mai. Aku sudah pesan ransum, vitamin, dan suplemen."Â
"Apa!?" Maimunah makin kebingungan.
"Mai, kita harus pindah dari dunia nyata ini!"Â
"Ke akhirat?!" Teriak Maimunah dengan nada kesal.Â
"Di dunia virtual nanti, kesempatan kita hidup layak sangat tak terbatas, Mai!"Â
Melihat Maimunah terpaku, Martono mencoba menjelaskan, "Orang di luar sana sudah hijrah ke dunia digital, menambang crypto, dan hidup makmur."Â