Tak ada yang mengenalnya sebagai manusia biasa, tidak pula setengah Dewa. Konon Ia bersemayam di dalam bait-bait dan tanda baca. Di balik kata-kata bernyawa, ditiupkan mantra. Pada kalimat-kalimat berbisik, yang berjatuhan dari Dwaraka.
Dia berbicara melalui sayatan aksara. Menyeru tanda seru menderu, menaja tanda tanya menyala. Menuang anggur yang dipetik dari kebun di kepala, ke dalam cawan pustaka. Dan kureguk sekadar melepas dahaga.
Bak cendawan di musim penghujan. Pada setiap rintisan waktu, terlahir pahlawan. Orang-orang yang berdiri paling depan dengan menggenggam impian. Namun hanya sedikit yang bertahan dalam ingatan. Â
Oh...Borongtammatea, dia yang tak terjeda dihantam koma, tak jua terhenti dicekik titik!
Batam, 10 November 2021
Indra Rahadian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H