Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng Anak: Kisah Raja Kecil Mahaseru

13 Agustus 2021   14:05 Diperbarui: 13 Agustus 2021   14:05 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laba-laba memintal jaring di sudut dinding istana. Di atas singgasana berlapis emas, seorang raja duduk termenung. Mahkota bertabur berlian digelangkan di lengan kiri. Menatap ruang kosong di hadapan. Hening dan hampa. Tak ada siapapun di dalam istana megah itu selain dirinya.

Raja Mahaseru, naik takhta di usia muda. Ayahanda gugur di medan laga. Ibunda permaisuri sudah lebih dahulu berpulang. Kasih sayangnya adalah kemewahan dan cinta yang dirasakan hanya sanjungan. 

Kini sang raja didapuk menjalankan roda pemerintahan. Namun raja enggan belajar dan menggali pengetahuan. 

"Selagi dapat mengandalkan orang lain, untuk apa melakukannya sendiri," pikir sang raja. 

Hingga sebuah bencana melanda istana. Bencana yang datang dari dirinya sendiri. 

Sejak lahir, sang raja tak pernah keluar dari lingkungan istana. Menjalani segala kemudahan sampai hal terkecil. Dikelilingi dayang berjumlah seratus orang. 

Hingga ia tak pernah melakukan apapun tanpa bantuan. Hanya berpikir dan bersuara. Berjalan dari kamar ke kamar pun harus di tandu. Makan disuapi dan mandi ditemani. 

"Bila aku ingin ini, harus begini! Bila aku ingin itu, harus begitu!" Raja berseru. 

Meski telah beranjak dewasa, tabiat sang raja masih sama. Ingin selalu dilayani. Bahkan semakin menjadi-jadi. Seluruh dayang jengkel dibuatnya. Namun mereka tidak kuasa untuk melawan.

Lantai istana harus dipel sepanjang hari. Pakaian harus diganti setiap berkeringat. Dan makan tak kenal kenyang. Kadang meminta menu yang bukan-bukan. 

Pernah ada dayang yang mencoba mengingatkan, esoknya dia sudah tak terlihat lagi di istana. Desas-desus berhembus, dayang itu kini hidup di dalam tahanan. 

Tak ada dayang dan abdi istana yang cukup tidur. Kelelahan atau sakit, berakibat hukuman. Mulai dicambuk, sampai dikurung dalam tahanan. 

Semua orang di istana tak dapat hidup tenang. Hari-hari dilanda ketakutan. Begitupun dengan rakyatnya. 

Raja Mahaseru belum pernah sekalipun melihat kondisi kehidupan rakyat di luar istana. Ia tidak peduli, selama seluruh kebutuhannya terpenuhi. Yang ia kerjakan hanya berseru, menyuruh dan menyuruh. 

"Yang Mulia, tenang saja. Biarlah hamba yang mengatur kemakmuran rakyat."

Kemakmuran rakyat, dipercayakan pada perdana menteri yang culas. Akibatnya, harta kerajaan habis tak berbekas. Hingga tak ada sisa untuk membayar tentara. Para abdi dan dayang istana diminta kerja paksa. 

Hasilnya rakyat menderita, panen raya digunakan menutupi kas istana. Pajak dipungut paksa membabi-buta. Semua peraturan dibuat semena-mena. Perdana menteri culas pun semakin kaya. 

Suatu ketika, perdana menteri melintas di sebuah perkampungan. Berniat mengambil pajak bulanan. Namun tak disangka, rakyat melawan dan perdana menteri pun ditahan. 

Huru-hara dimana-mana. Kerajaan secepat kilat kehilangan kekuasaan. Dayang dan abdi istana pergi tergesa-gesa. Meninggalkan raja yang tengah tertidur pulas. 

"Dayang! Pelayan!" 

Ketika raja terbangun, tak ada siapapun yang menjawab panggilannya. Hening. Raja Mahaseru masih terbaring. Kesal dan tengah memikirkan hukuman. 

Raja Mahaseru akhirnya bangkit, dan berjalan keluar kamar. Ia tidak melihat siapapun di istana. Berteriak-teriak memanggil dayang dan pelayanan. Hingga suara serak dan iapun tak dapat lagi berseru. 

Suasana terlihat sepi. Raja Mahaseru berjalan mengelilingi setiap sudut istana. Dengan nafas terengah-engah, mencari dayang, pelayan dan abdi. Dan ia tidak menemukan siapa-siapa. 

Bahkan Kuda dan binatang peliharaan raja, sudah tak ada lagi di kandangnya. Istana megah kini kosong melompong. Kesunyian menghantui. Raja Mahaseru mulai cemas. 

Raja Mahaseru merasa lapar. Ia pergi ke dapur istana dan tidak menemukan bahan makanan. Ia semakin cemas dan akhirnya menangis. Menahan lapar dan kelelahan.

Hingga ia memutuskan untuk keluar istana untuk pertama kalinya. Meminta rakyatnya membantu dan berharap mereka mau mengabdi kepada raja. Ia berdiri tegak dan mulai melangkah. 

Raja Mahaseru berjalan meninggalkan istana. Menatap ke depan dan melihat sebuah perkampungan. Tidak jauh dari istana megahnya. Di antara kesal dan heran. Ia merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Lelah. 

"Kenapa rumah-rumah rakyatku, begitu kecil dan kumuh." ucapnya dalam hati.

Penduduk melihat raja Mahaseru dengan tatapan aneh. Lelaki dengan pakaian mewah, berjalan sendiri dan terlihat lelah. Diantara mereka, tidak satu orangpun yang mengenal rajanya. 

Karena merasa kasihan. Mereka memberi raja makanan. Membiarkannya duduk di balai bambu dan mengajaknya berbincang. Raja yang lapar, akhirnya mendapatkan makanan. 

Meski dirasa tak memuaskan. Ia terpaksa menelan semua makanan. Di dalam hatinya, ingin menghardik rakyat yang tak mengenali. Namun ia tengah kehilangan suara dan kelelahan. Niat itu, ia urungkan seketika. 

"Siapa kamu sebenarnya, Tuan? Pakaian mewahmu, terlihat lusuh dan kotor." 

Raja Mahaseru tidak dapat menjawab. Ia hanya bisa mengangguk dan menggeleng. Iapun menunjuk-nunjuk ke arah istana. Namun rakyatnya tidak mengerti bahasa isyarat. 

"Beruntunglah tidak tersesat ke istana. Raja kecil itu sangat jahat. Bila aku bertemu dengannya, akan kupukul pantatnya dengan sapu ini!" seru Nenek tua yang tengah membersihkan halaman.

Raja Mahaseru gemetar mendengar Nenek tua berbicara. Terlebih, orang-orang di sekitar mengatakan hal yang sama. Betapa rakyat sangat membencinya. Ia sangat ketakutan. 

Raja Mahaseru mengendap-endap meninggalkan perkampungan. Ia kembali ke istana dengan membawa makanan yang didapatkan. Namun hatinya masih bimbang dan penuh cemas. 

Sepanjang jalan, raja menyesali perbuatan buruknya. Bermewah-mewah sesuka hati, bertindak semena-mena pada abdi dan pelayan. Dan yang paling menyakitkan. Ia telah menyia-nyiakan amanah untuk mengurus rakyatnya. 

Di dalam istana yang gelap gulita. Raja Mahaseru meratap penuh penyesalan. Menangis pun tiada guna. Tak ada lagi bantuan dan pertolongan. 

Hati bahagia dan jiwa yang tenang, dimulai dengan menjaga perilaku dan tutur kata.

**

  • Bertambah usia, harus bertambah mandiri. 
  • Menjaga tutur kata dan perilaku terhadap sesama, terlebih kepada orang tua. 
  • Kerjakan kewajibanmu sendiri, jangan mengandalkan bantuan orang lain. 
  • Bersungguh-sungguh bila mendapatkan amanah. 

Referensi dongeng anak sebelum tidur. 

Indra Rahadian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun