"Aku tidak membeli ini semua. Siang tadi, ada warga yang datang memberikan ini dan mereka mengucapkan terima kasih," jawab Sang Istri.Â
Istri gembala bercerita, mereka adalah orang-orang yang dahulu diberikan hadiah sapi oleh suaminya. Sebagai rasa terima kasih, hadiah kecil diberikan untuk menyambut kedatangan gembala di desa.Â
Anak kecil dan ibunya yang janda, menjual sapi pemberian gembala untuk membeli beberapa ekor kambing. Mereka membuka kedai sate kambing satu-satunya di desa. Semakin hari kian laris, keuntungan diputar untuk membeli kambing-kambing muda.Â
Nenek tua pencari kayu bakar, ternyata memiliki seorang cucu perempuan yang berbakti. Sapi pemberian gembala, ditukar dengan sapi perah. Sang nenek tak lelah mencari rumput untuk pakan. Dan cucu perempuan memerah susu untuk dijual. Semakin hari kian banyak permintaan, dan keuntungan digunakan untuk merintis toko susu.Â
Kakek pemilik ladang, ternyata memiliki anak lelaki yang cerdas. Ia menjual sapi pemberian gembala untuk membeli lahan yang lebih luas. Membuat parit di tepi hutan, untuk menghalangi babi hutan memasuki ladang dan perkebunan. Anak lelaki kakek tua adalah sarjana pertanian. Ia menerapkan sistem pertanian organik, agar daya jualnya semakin tinggi.Â
Gembala merasa senang akan cerita sang istri. Ia puas karena sapi-sapi yang ia hadiahkan bermanfaat untuk kehidupan orang tersebut. Meskipun, dari empat sapi hanya tiga yang dapat dimanfaatkan.Â
***
- Membantu dengan tulus, sudah lebih dari cukup.
- Kebermanfaatan sebuah pemberian, tergantung usaha dan do'a penerima.
- Kehidupan setiap orang, tidak pernah sama. Masalah dan jalan keluar, ada pada dirinya sendiri. Â
Referensi cerita anak sebelum tidur.Â
Indra Rahadian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H