BUMI, pada suatu masa. Ketika semua dongeng mulai dilupakan, dan buku-buku hilang dari peradaban. Era literasi musnah, dan tergantikan instruksi-instruksi digital.Â
Geri, suatu malam terbangun dari mimpi. Degup jantung berdetak kencang, nafas tersengal-sengal, dan raut wajahnya terlihat khawatir. Indikator kesehatan di lengan kiri tak berhenti berbunyi. Lima menit lagi, petugas dari balai kesehatan akan datang menjemput.
Mimpi, di masa itu adalah gejala penyakit mental.
Tak sampai satu jam, dia sudah terbaring di balai kesehatan. Injeksi obat penenang, membuatnya tertidur pulas. Dan esok hari, dokter melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan, mimpi yang dialami Geri tidak akan muncul di kemudian hari.
"Ok, Pasien Geri. Tak perlu khawatir. Kondisimu normal, obat sudah disiapkan. Dan hari ini, anda sudah boleh pulang.
Geri membawa sekantung vitamin, obat tidur dan anti depresan. Dia diantarkan pulang oleh petugas kesehatan. Mereka berkata, bahwa ia sudah sembuh dan tidak akan mengalami penyakit mimpi di kemudian hari.
Mimpi pertama dan terakhir. Ia berharap tidak terulang. Jam kerja akan diaktifkan, dan ia harus menjalani kehidupan normal seperti sedia kala. Geri, tidak mau hidup di bangsal kesehatan mental.
Tidur 12 jam dan bekerja 12 jam. Semua aktivitas itu dilakukan dari dalam rumah, karena tak ada yang bisa dilakukan diluar sana. Virus, radiasi matahari, udara tidak sehat dan air tercemar, dan hanya tersisa sedikit saja populasi manusia.Â
Kehidupan sosial dipercayakan pada sistem komputer, termasuk persoalan reproduksi dan pekerjaan. Server utama terletak di pusat kota, dan mengatur seluruh jaringan secara mandiri.
Hari itu, Geri bekerja sangat antusias. Waktu yang hilang akibat kunjungan darurat ke balai kesehatan, ia tebus dengan menuntaskan laporan-laporan perusahaan.
"Selamat datang Geri, selamat bekerja."
Geri bekerja sebagai junior programmer perangkat lunak untuk industri makanan. Saat ini, Geri tengah terlibat proyek yang merancang sistem makanan daur ulang.