HARI yang cerah. Mentari becermin pada samudera biru. Buih-buih gelombang laut, laksana kristal. Di pantai pasir putih yang tenang, sekawanan burung camar bermain dengan gembira.Â
Dari kejauhan, terlihat titik kecil di tengah laut. Mungil, berwarna hijau dan berbentuk oval. Ia terombang-ambing, timbul dan tenggelam di hempas gelombang. Dialah Coco, kelapa yang hanyut ke lautan.Â
Burung camar hinggap di tubuh Coco, kelapa mungil yang tengah mengapung mendekati pantai. Harapannya, untuk segera mencapai daratan. Ia ingin tumbuh bersama kelapa lainnya di tepian.Â
"Hai, kelapa mungil. Darimana kau berasal?" tanya Burung Camar.
"Aku, berasal dari pantai nun jauh di sana," jawab Coco.
"Apakah, kau dapat membawaku ke tepian? aku sudah berhari-hari di lautan," pinta Coco.
"Pantai pasir putih sudah dekat, kau akan terdampar di sana. Bersabarlah," ucap Burung Camar.Â
Dia terbang meninggalkan Coco sendiri. Bermain dan mencari ikan bersama teman-teman. Terbang berputar dan meluncur ke lautan. Coco senang melihat atraksi alam yang ditunjukkan oleh burung-burung camar.Â
Hingga suatu pagi, Coco terdampar di pantai pasir putih. Terbawa ombak ke tepian. Ia berdo'a, agar tak sampai tersapu gelombang. Coco, tak mau kembali terombang-ambing di lautan.
Ombak menghempaskan Coco kian jauh ke daratan. Memberikan ruang untuk Coco menikmati keindahan pantai dan matahari tenggelam. Air laut, sudah jarang menyentuh Coco.Â
Terik mentari membuat tubuh Coco menjadi kecoklatan. Mengeras dan tak lagi berwarna hijau. Hanya semilir angin pantai dan suara burung camar menemani. Kadang ada ketam dan siput laut yang lewat.Â
Suatu hari Coco terkejut. Tunas pada tubuhnya sudah tumbuh. Berwarna hijau muda dan terlihat imut. Ia sampai berkata dengan kerasnya kepada ombak di lautan.
"Aku mau berdiri kokoh, tak terhempas ombak dan tersapu angin kuat. Aku harus jadi kuat dan bermanfaat," tekad Coco.
Coco sudah mempunyai akar, ia semakin bersemangat untuk tumbuh lebih tinggi. Kulitnya, sudah terkelupas akibat tunas semakin besar. Kini, Coco kembali mempunyai warna hijau. Daun dan batang kian berkembang. Coco tak henti berdo'a.Â
"Tuhan, terima kasih atas karunia dan kehidupan yang Kau berikan. Semoga aku lekas bermanfaat untuk makhluk hidup lainnya," ucap Coco.Â
Burung Camar mendarat tepat dihadapan Coco. Melihat kelapa mungil, kini sudah bertunas. Iapun mendekat dan menyapa Coco.Â
"Hai, cepat tumbuh ya. Semoga, tak ada sesuatu yang merusakmu saat berkembang," ucap Burung Camar.
"Syukurlah, alam melindungi. Kadang ada babi hutan yang melintas, kadang juga ada ketam yang iseng mencabik-cabik," ucap Coco.
"Seperti ini," ucap Burung Camar, sambil menggoda Coco dengan cakarnya.Â
Burung Camar tahu, kulit Coco sudah keras, tak mungkin terluka oleh cakarnya.Â
Tawa mereka pecah, bersama deru ombak di pantai pasir putih yang indah. Hingga matahari tenggelam dan malam menjelang.Â
Hari berganti dan Coco kini sudah menjadi pohon kelapa. Berdiri kokoh dengan daun-daun yang melambai.Â
Coco menari di tepi pantai dengan gembira. Memberi manfaat pada burung-burung yang hinggap dan bersarang di atasnya.Â
Tahun bergulir, dan Coco semakin bermanfaat untuk lingkungan.Â
Manusia mengambil daun dan buah kelapa. Mereka mengayam daun kelapa untuk dibuat bungkus hidangan. Atau wadah dan keperluan lain. Tulang daun dibuat sapu lidi dan tusuk gigi. Kadang untuk atap saung nelayan yang tinggal tak jauh dari pantai.Â
Buah kelapa, dimanfaatkan sebagai pangan, santan, minyak kelapa. Kopra terbuat dari buah kelapa, loh. Batok kelapa dibuat kerajinan tangan, bahan bakar industri, atau arang tahan lama. Dan Air kelapa, segarnya!
Coco senang dan bahagia, bermanfaat bagi lingkungan dan makhluk di sekitarnya. Menikmati pantai pasir putih dengan bangga.Â
**
Selalu ada jalan untuk niat baik dan tekad yang kuat.
Referensi dongeng anak sebelum tidur
Indra Rahadian
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI