Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng: Kisah Hopa Si Ulat Kecil

8 Maret 2021   11:10 Diperbarui: 8 Maret 2021   11:20 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hopa...!

HUTAN rimba, tempat bernaung ribuan satwa liar. Pohon-pohon besar dan kokoh tinggi menjulang, memagari hamparan bunga-bunga beraneka warna. Merah, putih dan ragam keindahan membentang.

Pada salah satu pohon besar, terlihat titik kecil berwarna hijau. Bergerak-gerak dan menjadi ulat. Semakin jelas terlihat, semakin lincah ulat bergerak ke sana kemari. 

Dia adalah seekor ulat kecil bernama Hopa. Merayap pada batang pohon dan mencari makan daun muda. Ia meliuk bolak-balik makan, sampai perutnya kenyang. 

Hopa melihat mahluk lain di sekitarnya, hidup dalam damai. Meskipun ia harus berhati-hati pada pemangsa. Burung dan serangga besar. Hopa harus lekas sembunyi jika mereka datang. Ia pandai bersembunyi, di antara dedaunan atau ranting pohon. 

Suatu ketika, Hopa melihat kupu-kupu melintas. Begitu cantik dan mempesona dengan beragam warna. Ada kuning, biru, ungu dan jingga. Hopa ingin seperti mereka. Terbang ke hamparan bunga-bunga dan bermain bersama. "Oh, indahnya."

Hopa bertanya, pada pohon besar tempat bernaung. "Apakah, aku bisa seperti mereka?" ucapnya. Tatapannya, tak lepas dari kupu-kupu cantik jauh di sana. 

"Tentu saja, kamu ulat kecil yang giat," jawab Pohon Besar. 

"Aku tak sabar menjadi besar, punya sayap dan bermain bersama bunga-bunga," harap Hopa.

"Lekas berproses. kamu harus menjadi kepompong dahulu, jika ingin memiliki sayap," jawab Pohon Besar.

Mendengar jawaban pohon besar, Hopa menjadi lebih bersemangat. Ia tak ingin terus menerus menjadi beban. Hidupnya harus bermanfaat. Menjadi kupu-kupu, membantu bunga-bunga dan pohon menyebarkan serbuk sari. 

Suatu malam, Hopa mendengar tangisan bunga-bunga di balik rerumputan. Ia mengikuti arah suara, dan bertemu bunga yang cantik. 

Iapun bertanya, "kenapa menangis? bukankah malam ini sangat indah."

Bunga menjawab, "kami tidak pernah dikunjungi oleh kupu-kupu dan lebah. Mereka, tidak mau bermain dengan kami." 

"Kenapa? kulihat, semua bunga di hutan ini disinggahi kupu-kupu," ucap Hopa. 

"Karena, kami hanya mekar malam hari. Mereka sudah pulang ke sarang masing-masing," jawab Bunga. 

Hopa paham, dengan apa dapat membantu bunga-bunga dan iapun pamit pergi. Tak sabar, untuk segera berproses dan memiliki sayap. Berdo'a pada pemilik alam raya, agar dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar. 

Hari berganti hari, dan Hopa merasa cukup siap menjadi kepompong. Iapun mencari tempat yang aman untuk proses tersebut. Dan sebuah dahan kokoh, menjadi pilihan. 

"Hai pohon besar, aku akan berproses menjadi kepompong," seru Hopa. 

"Baiklah, Hopa. Lekas bermanfaat," ucap Pohon Besar.

Hari berganti dan pohon besar berbuah lebat, mengundang kawanan burung-burung dan kelelawar untuk singgah makan. Mereka menghabiskan buah-buahan sampai tak bersisa. 

Buah pohon besar habis dan kini ia kembali membuat putik bunga. Kepompong Hopa belum terlihat berubah menjadi apapun. Di dalam kepompong, Hopa masih berproses dan berdo'a. 

Hingga suatu hari, kepompong Hopa tak terlihat berada di sana. Kemana perginya? Malam hari akan menjelang!

Bulan purnama bersinar sempurna. Malam yang indah, biasanya Hopa berkunjung pada hamparan bunga-bunga yang mekar malam. 

Hei, siapa itu? Sejenis kupu-kupu berwarna gelap dengan sayap berbintik-bintik. 

Ia seperti menyamarkan diri pada batang pohon. Oh, itulah ngengat. Makhluk malam, yang membantu bunga-bunga seperti lebah. 

"Halo, Hopa. Senang melihat kamu sudah berproses," sapa Pohon Besar.

"Halo Pohon Besar, aku bahagia. Pemilik alam raya mengabulkan doaku," seru Hopa. 

Hopa terbang ke hamparan bunga-bunga di malam itu. Bermain dan bergembira bersama menghabiskan malam. Mengisi manfaat pada kekosongan yang di tinggalkan lebah dan kupu-kupu. 

Meskipun tak secantik kupu-kupu, Hopa sangat bersyukur dan bahagia. Memiliki manfaat dan tidak menjadi beban pohon besar. Ia merentangkan sayapnya dan terbang ke sana kemari. Hinggap dan terbang bebas kemanapun ia dibutuhkan. 

**

Karunia Tuhan, tidak ada yang sia-sia. Semuanya bermanfaat. Kuncinya adalah, bersyukur.

Referensi dongeng anak sebelum tidur.

Indra Rahadian


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun