"Minggu depan aku menikah, Jude," ucap Tika.Â
"Hei, Tika. Minggu depan dan kau baru memberi kabar hari ini!" seru Judith.Â
"Berarti kita berdua sudah move on dari Tonny. Aku turut berbahagia," Judith berkata dengan antusias. Ia tahu bagaimana rasanya terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Remuk.Â
"Kau, apa sudah ada rencana?" tanya Tika.
"Aku, sempat dekat dengan seseorang. Namun, belum berjodoh karena berjarak sepertinya," jawab Judith.
"Berjarak, LDR maksudmu?" tanya Tika.
"Ya seperti itulah, dia hilang dan aku hilang juga," jawab Judith, seraya tersenyum.Â
Mereka berpisah, setelah Tika menyerahkan undangan pernikahan. Berat sekali di tangan Judith, ia langsung memasukan surat itu ke dalam tas.Â
Hari itu, Judith memutuskan menghabiskan waktu di taman untuk membaca buku. Novel berjudul "Sepatu Dahlan" kisah anak kecil dan keinginan memiliki sepasang sepatu.Â
Membaca novel, paling tidak membuatku tetap berpikir jernih. Di antara kesibukan kerja, keki dan beban karena ditanya kapan nikah, atau melamunkan hal yang tidak-tidak.
Hari sudah sore, Judith beranjak setelah selesai membaca novel. Perhatian Judith teralihkan, oleh dua anak kecil penjual koran yang bermain sepakbola dengan botol bekas di taman.Â