PAGI yang dingin. Mentari hanya mengintip genit di balik awan. Mendung, seperti akan turun hujan. Tarik selimut lagi, katanya hari ini hari kasih sayang. Teramat sayang, aku belum punya pasangan.Â
Bukan jomlo, lebih tepat selektif. Pasangan, bukan perkara mudah. Aku hanya mau lelaki yang sungguh-sungguh. Bukan seperti awan, terbang ditiup angin dan hilang sehabis hujan.Â
"Aku mau tidur lebih lama lagi. Hari ini libur!"
Judith, benar-benar tak beranjak dari tempat tidur. Hilang ditelan selimut dan mimpi panjang. Entah, apa yang dimimpikan. Apa mungkin, masalah pekerjaan dan kenangan pada awan.Â
Pukul 11:30 hari sudah terik. Jendela kamar terlihat bercahaya. Barulah Judith memulai aktifitasnya. Berdandan seadanya, hari ini ia ada janji dengan Tika. Makan siang bersama, reuni kecil di tengah kota.Â
"Hei, Jude! sini sini."
Deretan meja cafe sudah terisi penuh. Tika memanggil Judith dari kejauhan. Judith bergabung dengan Tika dan dua temannya. Tak lama, keduanya pamit pada mereka.Â
"Itu siapa, Tik. Aku belum pernah lihat," tanya Judith.
"Biasalah, klien. Mumpung di Jakarta, sekalian kerja," jawabnya.
"Ergophile belum hilang juga!?" gumam Judith.Â
Merekapun berbincang dan tertawa lepas. Tak kalah heboh, dengan rombongan sosialita di sebelah meja. Dua sahabat lama, pernah sama-sama mencintai lelaki yang sama. Kini berdamai dengan masa lalu dan melupakan persaingannya.Â