Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sweet Karma | Balada Dangdut Koplo

11 Februari 2021   14:15 Diperbarui: 11 Februari 2021   14:32 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sweet Karma (foto: pixels via Pixabay)

"Sumpah, mending nonton calung daripada dangdut koplo."

Tumbuh di lingkungan keluarga pelaku seni, mau tak mau harus menerima berbagai jenis musik kebudayaan. Mulai dari kendang pencak, jaipong, calung, tarling, karawitan. 

Besar di lingkungan sekolah yang majemuk. Berteman dengan sebaya yang mempunyai selera musik beragam. Tentu, harus ikut mendengarkan berbagai genre musik berbeda. Mulai dari musik lokal sampai import. 

Umumnya anak tahun 90-an, mengikuti komunitas penggemar musik seperti punk, grunge, hih-hop dan retro. Semacam kewajiban kala itu, untuk menunjang pergaulan.

Pada era 2000-an. Festival musik begitu mewabah. Euforia penikmat musik tanah air dimanjakan oleh penampilan offline musisi idola. Band dan group musik, seakan menjadi tren yang harus dimiliki setiap rukun tetangga (RT). 

Hal di atas, adalah faktor yang membuat saya tidak alergi terhadap genre musik tertentu termasuk dangdut. Namun, fenomena dangdut koplo yang dibawakan oleh Ade Irma dan Inul Daratista pada awal kemunculan, cukup membuat saya risih. 

Belakangan, lirik-lirik yang dibawakan biduan lainnya cukup vulgar dan cabul. Sedikit banyak, membuat tak nyaman. Apalagi saat kencan bersama gebetan, bisa-bisa ambyar semua gombalan.

Pernah, suatu waktu saya protes pada supir angkutan umum. "Ah, elah. Gak ada yang lain musiknya, Bang." Dan protes lebih keras dari penumpang lain, lebih deras pada saya. 

Bertambah usia, membuat orang mencari genre musik yang lebih soft untuk didengar. Kecuali saya, di umur belia (belum terlihat tua) malah kembali mencari musik dengan beat lawas yang menghentak. 

Jangan komentar tentang Teresa Teng atau Franky & Jane. Itu masih ada di playlist lagu sebelum tidur. 

Akhir tahun 2016. Tiba pada rekan kerja yang bernama Eddy Wong. Memperkenalkan saya pada lagu-lagu Nella Kharisma. "Fren, ini biduan dangdut mirip artis Korea."

Hari-hari kerja ditemani dengan lagu berjudul Konco Mesra, Ditinggal Rabi, Sayang Opo Koe Krungu dan Jaran Goyang. Asyik juga.

Sejak saat itu, saya mulai mendengarkan lagu-lagu dangdut koplo, berbahasa Jawa, Sunda dan Indonesia. Mencari tahu penyanyi asli dari lagu tersebut. Dan, menikmati dengan tulus tanpa beban masa lalu. 

Sweet Karma, oh mungkin. Tentu saja! 

**

Indra Rahadian/ 11/2/21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun