# Love Killer: Clinophile
08:00. Dimas menerima ajakan kencan dari Bella. Dia mengatakan setuju, untuk bertemu nanti sore pukul 16:00 di City Walk.Â
Tak butuh waktu lama, seikat bunga dan cokelat telah ia pesan via online. "Kencan kali ini tak boleh gagal," gumam Dimas.
Makan siang ia pesan via online, karena malas di luar panas. Satu loyang pizza topping pepperoni telah dipesan. Ojol tiba di pintu, sesuai waktu yang tertera pada aplikasi.Â
13:00. "Walah," pesanan tidak sesuai aplikasi dan Dimas protes keras. Pizza topping pepperoni dipesan, yang datang pizza topping sosis.Â
Sebagai permintaan maaf, pihak restoran memberikannya dua loyang pizza. Extra mozzarella dengan topping pepperoni, dan dia senang sekali.Â
Dimas tak lepas dari kasur, kaum rebahan produktif dengan bisnis penjualan voucher game online. Tentu, diapun memainkan game online sepanjang malam.Â
Dua loyang pizza tak bersisa. Kardus dan ceceran saus, berantakan kemana-mana. Ia malas sekali bergerak. Dimas tertidur, setelah dua big size coke habis diminum.
16:00. Bella sudah 20 kali miscall, 100 chat tak terbaca. Kesal dan marah, membuat luntur bedak muka seharga dua ratus ribu rupiah.Â
Tak buang waktu lagi, Bella memblokir kontak Dimas dan leave pertemanan dari semua media sosial Dimas. "Bye!"
18:00. Dimas terbangun, setelah adzan magrib berkumandang. Ia masih mengantuk dan menyesal, setelah membaca chat terakhir dari Bella.Â
Bella: Ciao!
# Love Killer: Ergophile
16:00. Telepon berdering tak henti. Berkas-berkas laporan, bertebaran di meja kerja. Laptop dan satu unit PC terus mengeluarkan bunyi, email masuk 188/1300 yang belum dibaca.Â
Susan, masih sibuk mengerjakan aktivitas kerja di sore itu. Mengambil tugas Hana yang tengah cuti hamil.Â
Tak ada yang memintanya melakukan itu, dialah yang menawarkan diri. Untuk Susan, kantor adalah taman bermain.Â
"Sus, laporan besok pagi harus selesai. Lembur ya?" tanya Pak Rudy.Â
"Siap, Boss!" Jawab Susan.
Susan, menerima sebuah pertanyaan sebagai perintah. Tak ada kata "tidak" dalam kamusnya. Kata yes dan siap, jawaban yang wajib dia berikan terkait pekerjaan.Â
Dua tumpukan dokumen telah dihabiskan. Tangan kiri mengetik pada laptop, dan tangan kanan mengecek laporan keuangan.Â
19:00. Eddy memanggil, "sayang, kamu pasti lupa lagi. Malam ini, kita janji makan malam."
"Aku lembur, re-schedule minggu depan ya," jawabnya.Â
Telepon tak berdering lagi, Susan leluasa menyelesaikan pekerjaannya malam itu.Â
21:00. Di dalam sebuah Camry hitam, Eddy dan Mona tengah berbincang. Di bangku depan, sedikit mesra.
"Kapan kamu putusin dia, sayang," tanya Mona.
"Besok aku ke kantornya," jawab Eddy.
Eddy memacu kendaraannya, menuju ke sebuah restoran di pusat kota. Ia tak henti meyakinkan Mona, bahwa akan segera memutuskan hubungan dengan Susan.
23:00. Susan sudah terbaring di kasur empuk. Melepas lelah setelah seharian bekerja. Ia mengambil tas imut dan mengeluarkan handphone. Membaca dengan seksama, pesan dari Eddy.
Eddy: Turn Off!
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian
28/01/21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H