Cukup lama, Jack menanti respon. Iapun kembali berbicara, "Perintah?" ucapnya.
"Eksekusi!" tegas suara, di ujung telepon. Â
"86!"Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Sore itu di rumah sakit, Dimin sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Ia menatap haru pada bangsal tempatnya berbaring, selama lima hari mendapat perawatan.
Dimin, duduk di ujung lorong, berpakaian rapi. orang suruhan Jack memberikan baju, sandal dan celana untuk Dimin tadi malam.
Orang yang sama, selalu ia lihat menjaganya setiap hari. Padahal, ia sudah pasrah.Â
"Mau pergi kemana, seluruh jalan telah tertutup."
Ingatannya melayang pada malam kejadian, saat aksi terakhirnya tanpa kawan-kawan. Nasib nahas, yang mendatangkan insyaf. Mendapatkan perlawanan, dari calon korban.
Derap langkah kaki, terdengar dari kejauhan. Dimin tersenyum menyambut Jack, iapun menarik nafas panjang. Perasaan lega, merasuki relung jiwanya.
"Sudah siap, Mas," tanya Jack.
"Sudah," jawabnya singkat.
"Mas Jack, kapan-kapan jenguk aku di penjara ya," pinta Dimin.