Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Banjir Tahunan, Ironi yang Mereduksi Romantisme Hujan

12 Januari 2021   11:30 Diperbarui: 13 Januari 2021   03:30 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Banjir Tahunan by Pixabay

Cuaca buruk meliputi, angin topan, badai, badai petir, siklon tropis, dan siklon ekstratropis. Ketinggian ekstrem ombak dan kecepatan ekstrem angin dalam pelayaran, bisa dikategorikan cuaca buruk. 

Puncak musim hujan pada bulan Desember dan Januari sudah diprediksi. Meskipun, curah hujan tinggi dan aktivitas di luar rumah pasti terganggu. Namun, tak seharusnya kita menyalahkan kondisi cuaca.

Kategori hujan normal, atas normal, dan bawah normal. Kategori tersebut tidak seharusnya mengancam kehidupan. 

Banjir tahunan, adalah kondisi buruk yang berulang. Bukan karena gejala alam, lebih pada mengabaikan menjaga lingkungan.

Usaha dan perbaikan kondisi tersebut, telah banyak dilaksanakan. Baik dengan pengerukan aliran air, persiapan pompa hisap dan penghijauan di beberapa wilayah.

Selama ini, ancaman pada manusia akan banjir tahunan selalu menjadi perhatian. Namun, apakah ancaman terhadap lahan serapan air menjadi perhatian bersama?

Pembangunan pemukiman, pembangunan daerah industri, dan alih fungsi dan penebangan hutan. Sudahkah melewati AMDAL berdasarkan penelitian yang komprehensif.

Menjaga kebersihan aliran air, tidak membuang sampah ke sungai, dan menanam pohon. Sudahkah kita lakukan?

"Jangan menyalahkan hujan yang turun. Hujan seharusnya memicu kenangan romantis. Bukan kenangan banjir tahunan yang traumatis."

Semakin minimnya area resapan, semakin berisiko terjadinya banjir. Kebutuhan akan pembangunan pemukiman, menjadi ironi yang harus dipecahkan. 

Jika dahulu, anak-anak kecil berlarian bermain hujan. Kini, berkubang dalam genangan banjir. Jika dahulu, pasangan bermesraan di bawah rintik hujan. Kini, memilih untuk tarik selimut. 

Lebih parah, was-was atau waspada dan mulai mengamankan barang-barang. Berjaga-jaga, jika sewaktu-waktu terjadi banjir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun