Di liris pada Mei 1990, lagu ini langsung melekat dalam ingatan pendengar. Terlebih, bagi mereka yang mempunyai kisah cinta di kota pelajar atau sekedar "cinlok"--cinta lokasi saat studi tour sekolah.Â
Seperti kebanyakan lagu 90'an, lirik lagu dibuat menawan layaknya rangkaian puisi. Dalam setiap bait, menggambarkan emosi dan kenangan. Merekam sudut-sudut romantisme dan kenangan di dalamnya.
"Ramai kaki lima
Menjajakan, sajian khas berselera
Orang duduk bersila."
Saat mendengarkan bait ini, bayangan akan suasana Jogja. Kental dan dekat. Keramaian Malioboro, pengamen jalanan, lesehan dan bakpia Jogja. Mengalun dalam ingatan.
Berjalan berdua-duaan, naik becak semalaman. Kemudian, berbelanja kerajinan tangan, oleh-oleh khas kota gudeg dan makan di lesehan pinggir jalan. Kenangan yang indah.
Aransemen apik pada lagu ini, membuat versi akustik atau elektrik sama-sama memukau. Dinikmati bersama keluarga, teman dan pasangan. Lagu ini, akan menghipnotis pendengar pada kenangan mendalam.Â
Video klip Yogyakarta, pada masa itu. Bisa dibilang sederhana. Lilo yang bermain-main dengan kartu Queen Hati, Katon Bagaskara muda yang bernyanyi.Â
Namun, Saat mendengarkan lagu ini. Kamu bebas membuat video klip sendiri dalam rekaman memori pribadi masing-masing.
Meskipun, sebagian dari kita. Bahkan, belum pernah menginjakkan kaki di Yogyakarta. Namun, tema lagu ini seakan cocok dengan kenangan-kenangan patah hati dan kerinduan. Di berbagai kota lainnya.Â