Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Senja, Menanti di Pantai Losari

23 Desember 2020   10:50 Diperbarui: 29 Desember 2020   19:35 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (sumber: unsplash.com/@monkeyoutside)

"Tambahan uang panaik'mi," jawab Fajar seraya mencubit pipi Senja.

Malam itu, Fajar mengantar Senja ke rumahnya. Bercengkrama dengan sanak saudara dan calon mertua. 

Tiba Senja melihat, obrolan serius antara Fajar dan Bapa'. Di teras rumah, begitu terasa tegang dan dingin. Hingga Fajar beranjak pulang, dan mengucapkan salam pada Amma' dari balik pagar.

Dalam pikiran Senja, apa gerangan yang terjadi. Apakah uang panaik yang disanggupi Fajar tidak berkenan diterima oleh Bapa'?

Senja menelepon Fajar malam itu, ia bertanya perihal obrolan serius dengan Bapa'. Namun Fajar hanya menjawab sekedarnya saja, menjaga hati dan perasaan Senja, agar tak perlu risau pada apapun juga.

Tiga bulan kemudian.

Satu minggu lamanya, Senja hilang kontak dengan Fajar. Bahkan orang tua Fajar di Maros, mengalami hal yang sama. Tak dapat menghubungi anak mereka sejak seminggu lamanya.

Pantai Losari, sore itu Senja duduk termenung seorang diri. Pisang epe yang dipesannya, sudah habis dua porsi. Ia menatap lautan, sejauh mata memandang.

Rasa khawatir bergelayut dalam hatinya. Bertanya-tanya, apakah Fajar baik-baik saja? Sementara, tak ada kabar yang ia tinggalkan dalam layar genggam. 

Seminggu lalu ia bermimpi, Fajar tengah menanti di tepi pantai Losari. Melambai padanya, seraya berlari dan tertawa saat ia dekati. Seakan mengajak bermain, sama seperti terakhir kali, saat mereka berdua memadu kasih.

Hingga, tibalah sepucuk surat dari Fajar. 

Adinda tersayang,

Senja Tenri Putri

Menyambung kabar kanda dua hari lalu, bahwa pekerjaan mengharuskan kanda sejenak singgah di ibukota. Kemudian berlanjut terbang ke Manado.

Kepulangan kanda mungkin tertunda. Satu atau dua minggu lamanya. Bersabarlah sayang. Kanda kan segera meminangmu, sesampainya di Makassar.

Usah risau soal uang panaik, tak ada hubungannya dengan Bapa'. Malam itu, Bapa' hanya berpesan, agar kanda tak perlu jauh-jauh mengambil pekerjaan.

Kanda berkirim surat, semata-mata agar terkesan romantis. Seperti novel-novel kisah cinta, yang biasa kita baca bergantian. 

Kanda rindu, bermain pasir di Akkarena. Bermanja di Losari, dan menghirup udara segar di Malino. Bersama Dinda.

Mungkin surat ini adinda akan terima, bersamaan dengan kepulangan kanda. Semoga, wangi amplop ini masih dapat tercium saat kanda tiba.

Fajaruddin Daeng Matta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun