Pemilik dompet berkata, "Puang Allah Subhana Wa'atala mapale'ki."
Rasa haru dan syukur pemilik dompet, membuat Fajar dan Senja terenyuh. Karenanya mereka bersyukur, dapat mengembalikan dompet tersebut pada pemiliknya.
Mereka akhirnya berkenalan, saling bertukar nomor telepon dan mulai menjalin komunikasi. Hingga pertemuan kedua, membawa keduanya pada biduk asmara.
Di perkebunan teh Malino, selesai kegiatan pendakian bersama gunung Bawakaraeng oleh mahasiswa pecinta alam. Fajar tak sengaja menemukan Senja, yang tengah tertinggal dari teman-temannya.
Senja yang kepayahan untuk berjalan, saat itu tengah mengikuti tour wisata. Dalam rangka perpisahan sekolah. Ia kesulitan menuju bus jemputan wisata yang akan mengantar mereka pulang.
Dengan sigap, Fajar menggendongnya sampai di pintu bus tersebut. Dan dapat dipastikan, teman-teman Senja berteriak histeris dan heboh. Menduga Senja tengah di gendong oleh kekasihnya.
Momen itu, yang selalu mereka berdua lekatkan pada ingatan. Mengenang pertemuan oleh takdir dan berharap, berjodoh hingga akhir hayat.
"Dinda, lusa. Kanda ada pekerjaan di Surabaya." Ucap Fajar.
"Tiga bulan jangka waktu'ji," lanjutnya.
"Lama sekali waktu'ki," keluh Senja.