Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Pelarian Si Kaki Seribu

27 November 2020   19:40 Diperbarui: 27 November 2020   19:41 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Pixabay

Pada jaman dahulu kala, hiduplah seekor serangga dengan ruas kaki yang cukup banyak bernama Etan.

Ia sangat populer dikalangan hewan, karena nama besarnya mengalahkan cheetah, rusa dan banteng pada sebuah perlombaan lari.

Perlombaan itu pula yang membuat julukan "si kaki seribu" melekat dibelakang namanya, menjadi Etan si Kaki Seribu yang tak terkejar siapapun hingga saat ini.

Disela-sela waktunya memanjakan diri, Etan tua menikmati cahaya matahari dan secangkir teh hangat sambil berkumpul dengan sanak saudara.

Ia menghabiskan waktu dihutan bertirai bambu yang menjadi rumahnya dimasa tua, sambil berbagi cerita kepada anak cucunya dari depan teras rumah.

"Kakek, ceritakan pada kami bagaimana kakek mendapatkan julukan kaki seribu, padahal jumlah ruas buku-buku kaki Kakek, tidak sampai seribu pasang," tanya sang cucu kepada Etan.

"Oh, itu karena kakek dapat berlari jauh dan tak terkejar, cucuku," jawab Etan si Kaki Seribu.

"Oh amat menarik, Kakek," ujar sang cucu antusias.

"Kakek akan bercerita, dengarkan baik-baik ya," ucap Etan si Kaki Seribu.

Etan si Kaki Seribu mengambil posisi duduk yang nyaman dan meletakkan teh hangatnya lalu mulai bercerita, beginilah ceritanya.

Disebuah hutan rimba, saat pohon beringin merajai pohon-pohon lainnya disana dan hewan-hewan hutan dikuasai oleh seekor beruang gembul yang selalu tersenyum.

Tibalah musim panen buah-buahan dari berbagai jenis pohon berbuah, mulai dari jeruk, apel, mangga, durian dan jambu monyet.

Semua hewan bersuka cita atas hasil panen yang melimpah, dimana masing-masing hewan menikmati buah-buahan yang menjadi haknya, makan buah-buahan sesuai pembagian penguasa hutan.

Namun, ternyata ada sekelompok hewan yang sangat rakus dan memakan buah-buahan yang bukan menjadi haknya, mereka mengumpulkan dan memakan buah-buahan sekedar untuk kepentingan kelompok mereka sendiri.

Seekor cheetah, sang serdadu hutan tidak menyukai hal tersebut dan ingin menangkap kelompok hewan yang rakus dihutan itu, ia dibantu oleh rusa dan banteng dalam menjalankan tugasnya.

Saat seekor kelelawar terlihat sedang memakan buah-buahan hasil panen yang bukan haknya, segera banteng menanduknya hingga tersungkur, dan ia pun ditangkap.

Buah-buahan yang digerogoti oleh kelelawar tersebut, akhirnya jatuh dari pohonnya dan tercecer dibawah, tepat dihalaman rumah Etan yang sedang mencari makan.

Etan yang melihat buah-buahan tercecer dihalaman rumah pun menjadi senang bukan kepalang, ia mengambil satu demi satu buah-buahan itu masuk kedalam rumahnya.

Seekor rusa pun tiba, dan ia bertanya, " darimana kamu mendapatkan buah-buahan tersebut, hai Etan."

"Buah-buahan ini tercecer didepan halaman rumahku, wahai rusa," jawab Etan.

"Tidak bisa, buah-buahan ini tidak jelas asal usulnya," ujar rusa.

"Asalnya dari pohon diatasku pastinya, mari kita nikmati bersama, wahai rusa," ucap Etan, mengajak rusa menikmati buah tersebut.

Rusa yang memang belum sempat sarapan dari rumah, merasa lapar dan tergoda oleh ajakan Etan.

Namun disaat ia akan mengambil salah satu buah, sang banteng kembali dari tugasnya menangkap kelelawar dan mencegah rusa.

"Hai rusa, itu adalah buah-buahan hasil kejahatan kelelawar dan kau akan ku tangkap juga jika berani mengambilnya," sergahnya.

"Hai banteng, jangan khawatir tak ada yang tahu asal buah-buahan ini, selain kita bertiga disini," ucap Etan.

Banteng dan rusa saling bertatapan dan mereka pun berpikir, bahwa tidak ada salahnya memakan buah-buahan hasil kejahatan kelelawar, toh kelelawar sudah dikurung.

Akhirnya, mereka bertiga menikmati buah-buahan tersebut dan mulai saling mengakrabkan diri.

Kejadian tersebut, terulang kembali dikemudian hari dan tanpa rasa bersalah, mereka melakukan perbuatan tidak terpuji.

Hingga sang cheetah merasa curiga, karena buah-buahan hasil kejahatan kelelawar yang harusnya dikembalikan pada hewan yang berhak, jumlahnya sangat sedikit sekali.

Hal itu, mengakibatkan kelaparan pada hewan-hewan yang seharusnya dapat bagian dari hasil panen yang dijarah oleh kelompok hewan rakus lainnya.

Sampai suatu hari, cheetah menyaksikan rusa, banteng dan Etan sedang berpesta pora dengan buah-buahan hasil kejahatan kelelawar.

Ia pun sangat marah dan berkata," hai, kalian sungguh tidak terpuji! Mengambil hak hewan lain yang bukan milik kalian."

Rusa yang ketakutan, memohon ampunan cheetah, sedangkan banteng yang merasa lebih kuat malah balik menantang cheetah.

"Aku banyak menangkap penjarah daripada engkau hai cheetah, namun sedikit sekali jatah makan yang aku terima," ujar banteng.

Melihat hal itu, Etan yang cerdik segera menengahi perseteruan banteng dan cheetah, ia berdiri di atas kepala rusa agar dapat berbicara kepada mereka berdua.

"Hai kalian serdadu hutan, janganlah saling bertengkar disini, marilah kita bersama-sama menikmati buah-buahan tersebut," seru Etan pada cheetah dan banteng.

"Bukankah, hasil jerih payah kalian menangkap hewan penjarah selama ini tidak sebanding dengan imbalan yang kalian dapatkan," lanjutnya.

Cheetah pun menjawab, "tidak!"

Ia kemudian membawa Etan naik keatas kepalanya, untuk ditangkap dan dihadapkan pada penguasa hutan, secepat kilat ia berlari.

Melihat hal itu, rusa dan banteng mengejar cheetah karena merasa berhutang budi pada Etan dan takut jika semuanya terbongkar, mereka akan mendapatkan hukuman dari penguasa hutan.

Kejar mengejar pun terjadi, se-isi hutan melihat hal itu dan mengira bahwa sedang terjadi perlombaan lari antara cheetah, rusa, banteng dan Etan.

Tiba terdengar suara letusan senapan dari balik pepohonan, rusa dan banteng tersungkur meregang nyawa dengan luka tembak pada tubuh mereka.

Cheetah pun ketakutan dibuatnya, ia bertanya pada Etan yang ada diatas kepalanya," apa gerangan yang terjadi, hai Etan?."

"Itu adalah ulah pelindungku, mereka yang berniat menyerahkan aku pada penguasa hutan akan ditembak sampai mati," ujar Etan meyakinkan cheetah.

Cheetah pun percaya akan hal itu, ia meminta Etan turun dari kepalanya dan segera meminta pelindung yang diceritakan Etan, agar tidak menembak dirinya.

Etan akhirnya turun tergesa-gesa, dengan ruas kaki yang cukup banyak ia terlihat berlari, meninggalkan cheetah yang semakin pelan dan berhati-hati.

Hingga Etan tiba ditepi hutan, hewan-hewan yang mengira Etan tengah memenangkan lomba lari pun meneriakkan nama Etan.

"Hidup Etan si Kaki Seribu!" Seru hewan-hewan didalam hutan.

Etan dengan penuh rasa bangga, segera berlari sekencang-kencangnya dan bersembunyi, takut jika sewaktu-waktu cheetah menyadari bahwa ia telah termakan tipu daya.

Sejak saat itu, Etan mendapatkan julukan "si kaki seribu" dan hidup nyaman tanpa gangguan siapapun ditempatnya saat ini, hutan tirai bambu.

Kabar burung berhembus setelah pelarian Etan si kaki seribu, bahwa cheetah pun sudah tewas tertembak tak lama setelah ia berhasil melarikan diri.

Dan ternyata, sosok dibalik aksi penembakan tersebut bukanlah pemburu, namun beruang gembul yang selalu tersenyum yakni sang penguasa hutan, entah apa maksud dan tujuannya melakukan tindakan keji tersebut.

"Begitulah ceritanya, cucu-cucu kesayanganku," ucap Etan mengakhiri ceritanya.

"Wah, kakek sungguh beruntung bisa lolos dari maut dan malah mendapatkan gelar kaki seribu," ucap sang cucu, penuh kekaguman.

Mereka bercengkrama dengan asyiknya, hingga terlihat seekor tokek yang mengintai Etan dan cucu-cucunya dari balik bilah bambu.

* Referensi dongeng anak sebelum tidur

- Jangan pernah tergiur untuk mengambil hak orang lain, apalagi mengajak teman-teman berbuat jahat.

- Janganlah kalian tolong menolong dalam kejahatan.

- Setiap kejahatan akan mendapatkan hukuman cepat ataupun lambat.

Katakan tidak pada korupsi! (Benar-benar tidak ya)

(Sumber : Wikipedia.id) Kakiseribu atau millipede (kelas Diplopoda, sebelumnya juga disebut Chilognatha) adalah Ordo dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Myriapoda.

(Indra Rahadian, 11/27/20)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun