Pada saat beberapa teman membuat akun YouTube dan mencoba peruntungan dengan menjadi YouTubers atau sekedar eksis pada media serupa Tik-Tok dan lainnya, saya malah lebih tertarik untuk menulis.
Pengetahuan yang minim tentang menulis artikel, terlebih saya buta pada istilah-istilah jurnalistik, membuat saya berkali-kali urung mengirimkan tulisan pada Kompasiana atau sekedar menumpang titip pada blogs teman.
Akun Kompasiana baru saya buat 10 Agustus 2020, itupun saya niatkan untuk memposting opini tentang peristiwa intoleransi didaerah, setelah saya membaca berita yang dishare melalui WhatsApp group.
Tulisan alakadarnya tersebut pun akhirnya tayang dan mendapatkan vote untuk pertama kalinya dari bapak Katedrarajawen, alangkah senangnya saat itu.
Beyond blogging, begitulah sihir yang ada pada Kompasiana, membuat saya melihat platform ini benar-benar bernilai lebih dari sekedar blogs dengan kontributor seabreg, lebih dari itu memberikan banyak manfaat dan Inspirasi dalam menyalurkan hasrat menulis pada pembacanya seperti saya.
Pengetahuan dan Inspirasi dari sesama penulis, memberikan banyak manfaat dalam merapihkan tulisan saya, bahkan setelah 50 artikel saya tayang pun masih saja akan merepotkan admin Kompasiana yang harus bekerja ekstra merapihkan tulisan saya, salut!.
Mengambil manfaat
Kompasiana memberikan kepercayaan diri untuk menulis, mengasah kemampuan dan perkembangan penulis sesuai dengan minatnya, ditambah artikel-artikel dari mas Khrisna Pabichara dan bang Nursalam AR benar-benar bermanfaat sebagai referensi membuat artikel jempolan, meskipun dalam mempraktekannya saya masih banyak salah, tapi setidaknya ada usaha untuk lebih baik.
Selain artikel-artikel quote dan artikel Inspiratif dari pak Katedrarajawen dan Ruang Berbagi (Romo Bobby), Inspirasi untuk terus menulis di Kompasiana datang dari sesama penulis yang menggugah minat saya membaca artikel-artikel mereka diwaktu luang.
Saya tertarik membaca artikel sosial budaya, terlebih sejarah dan pengetahuan ilmiah yang jarang ditemukan dalam media lain, beberapa artikel dari mas Wuri Handoko dan numerolog bapak Rudy Gunawan, menurut selera saya adalah yang paling keren.
Saya penikmat sastra dan seni, sewaktu muda sering membuat puisi, sajak dan lirik lagu, ada yang dipakai di organisasi, pedekate teman wanita atau sekedar menjadi catatan yang belum pernah dipublikasikan.