Kapal trawler yang sungguh besar, pukat raksasa yang dibawa pada buritan kapal tersebut, seakan dapat menjaring satu pulau dalam sekali tarikan.Â
Bau amis yang amat sangat tercium dari dalam kapal, permukaan luar kapal yang menghitam dan terkesan kusam menambah takut hati nelayan tua yang melihat.
Gelombang laut yang dihasilkan kapal trawler besar itu, menghempaskan sampan nelayan tua hingga terombang-ambing tak karuan, sampai-sampai nelayan tua harus berpegang erat didalam sampan.
"Hampir saja sampanku terbalik, sungguh beruntung aku hari ini". Kembali nelayan tua bersyukur.
Belum reda betul gelombang yang menghantam, nelayan tua mencoba bangkit untuk melihat sejauh mana kapal tersebut pergi.Â
Namun betapa terkejutnya nelayan tua, mendapati ceceran minyak yang pekat dan berwarna hitam mengambang dilautan dan menempel pada sampannya.
"Sepertinya besok aku harus membersihkan minyak pekat ini dari sampanku, sungguh kotor dan hitam". Keluh nelayan tua.
Saat melangkah bangkit, tiba-tiba nelayan tua terpelanting membentur ujung sampan, jatuh tak sadarkan diri tergeletak dilantai sampan, akibat air laut bercampur dengan minyak hitam yang tercecer dari kapal trawler besar, tanpa sadar merembes masuk dan menggenang diatas lantai sampan nelayan tua.
Baba si lumba-lumba yang baru saja muncul dari dalam air, melihat nelayan tua tidak berada diatas sampan, dia pun segera mencari dengan menyelam kembali kebawah laut namun tak menemukannya.
Hingga baba si lumba-lumba mendekat kearah sampan dan melihat kedalam, akhirnya baba si lumba-lumba berhasil menemukan nelayan tua tengah tak sadarkan diri tergeletak dilantai sampan.
"Bertahanlah nelayan tua, aku akan membawamu ke bibir pantai". Tekad baba si lumba-lumba yang tengah berusaha mendorong sampan tersebut, hingga mencapai pantai terdekat.