Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peniup Seruling Hamelin dalam Paradoks Demontrasi UU Cipta Kerja

9 Oktober 2020   12:41 Diperbarui: 9 Oktober 2020   12:58 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunyi Seruling Hamelin

Desakan untuk menunda pilkada karena pandemi lebih masuk akal, daripada himbauan untuk tidak mempercayai partai politik yang mendukung pengesahan Undang-undang Cipta Kerja dan pemerintah yang mengajukan RUU tersebut.

Jangan senang dulu, karena yang tidak lebih masuk akal adalah, kepercayaan publik yang diemban oleh wakil rakyat dan pemerintah, ternyata belum berbanding lurus dengan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan.

Pengesahan Undang-undang Cipta Kerja ini salah satunya, di belakang sudah menjadi rahasia umum bahwa pejabat hanya dekat dengan rakyat saat meminta untuk diangkat, dan sering lupa saat menjabat, bahwa mereka bekerja untuk masyarakat.

Kekecewaan mendalam yang dirasakan oleh masyarakat dan tindakan serta pengingkaran atas amanat rakyat oleh partai politik berserta tokoh-tokohnya, yang terjadi berulang-ulang, saat ini berkembang menjadi apatisme dan ancaman Politicophobia.

Di saat yang sama, bunyi seruling hamelin sayup terdengar, merambah pada media sosial dengan ajakan yang terkesan masuk akal, memanfaatkan kegelisahan masyarakat, untuk membuat situasi kian tidak kondusif.

Anak-anak sekolah dibawa pada ranah yang belum menjadi keinginannya, dipengaruhi teks dan video yang harusnya menjadi edukasi dan kesenangan dimasa muda.

Semoga tak ada lagi cerita tentang pemuda yang menusuk ustadz ternama, melakukan vandalisme pada tempat ibadah atau mengalungkan bom dan meledakkan dirinya sendiri diruang publik.

Hal ini bisa terjadi, karena pendidikan politik yang ditampilkan oleh pelaku politik ditanah air jauh dari kata sempurna, upaya untuk merekatkan masyarakat yang kadung terpolarisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, selalu ada momentum yang memantik pro dan kontra secara instan.

Sebaliknya dari masyarakat sendiri, harus mulai memahami politik dengan baik dan mulai memberikan petuah kepada anak-anak kita, sebelum mereka berjuang untuk menciptakan perubahan yang lebih baik.

Membebek dibelakang pemimpin-pemimpin, tanpa memahami apa manfaat dan tujuan yang akan diraih, seperti mengikuti peniup seruling dari hamelin, maka kebenaran pun akan terasa hampa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun