[caption caption="Demonstrasi Menolak Kebangkitan PKI"][/caption]
Pengantar
Genap 50 tahun sejak momen awal rangkaian peristiwa kudeta 1965, saya sempat mengira bahwa masyarakat sudah dapat memilah informasi mana yang dapat dipercaya dan informasi mana yang harus dipertanyakan kebenarannya berkaitan dengan G30S. Ternyata perkiraan saya tersebut meleset cukup jauh. Bahkan ada Kompasianer yang masih menyebarkan informasi tidak benar, fitnah dan mitos tentang Partai Komunis Indonesia.
Berikut ini adalah dua buah contoh komentar Kompasianer:
[caption caption="Gambar 1. Komentar Kompasianer PW"]
Kompasianer PW pada komentar ini (Gambar 1) menyebutkan korban kekejaman dan keganasan PKI sejumlah 800.000 pada peristiwa pemberontakan PKI Madiun dan 2.400.000 pada kurun 1963-1966. Saya sudah menanyakan sumber data tersebut kepada Kompasianer PW, tetapi beliau tidak dapat menyebutkan sumber beliau kepada saya. Setelah saya kunjungi profile beliau, saya mendapatkan kesan bahwa PW sebenarnya adalah akun relay propaganda TNI. Banyak artikel Kompasianer PW bertopik sekitar kehidupan TNI dan pada akhir artikel beliau selalu diberi nama tambahan yang berbeda-beda seperti Benteng Pancasila, Putra Bangsa, Jokondo-Kondo, Merdeka Bangun, Dimas Bintang Nagara, Kumbo Karno, dll.
[caption caption="Gambar 2. Komentar Kompasianer G"]
Kompasianer G pada komentar di atas ini (Gambar 2) menceritakan adik kakeknya yang dirampok dan dibunuh oleh PKI. Tetapi ketika ditanya lebih lanjut bukti-bukti apa yang dipakai untuk menunjukkan pelakunya adalah anggota PKI, beliau tidak dapat mengatakannya. Ini juga adalah pengkambinghitaman PKI pada masa 1965-1966 yang memanfaatkan situasi sosial politik masyarakat yang peka dan kacau balau, saya menduga kuat bahwa banyak kriminalitas yang terjadi di masyarakat pada masa tersebut dituduhkan kepada PKI begitu saja tanpa bukti-bukti yang kuat.
Memisahkan Fakta dan Mitos
Faktanya ada korban jiwa yang terjadi pada peristiwa-peristiwa yang melibatkan PKI setelah kemerdekaan. Berdasarkan konteks sejarahnya, saya membagi data-data tersebut menjadi dua bagian, yaitu pada peristiwa di seputaran pemberontakan PKI Madiun 1948 dan pada peristiwa lain di luar pemberontakan Madiun 1948.
Pemberontakan PKI Madiun 1948
Berikut ini adalah data-data korban jiwa yang saya dapatkan:
1. Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo (Gubernur Soerjo), tanggal 10 September 1948 dibunuh di hutan Peleng, Kedunggalar, Ngawi oleh pihak yang tidak diketahui, bersama dua orang perwira polisi dalam perjalanan dari Yogyakarta ke Surabaya dan jenazahnya ditemukan tiga hari kemudian. Pihak PKI adalah pihak yang dituduh melakukannya [2].
2. Pembantaian di daerah Madiun dan sekitarnya tanggal 17-21 September 1948
- Desa Soco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Berdasarkan data pada Monumen Soco (Gambar 3), korban jiwa pada lokasi ini (Sumur 1) berjumlah 108 orang [3].