Â
Selain itu, Dr. Märss juga mengatakan bahwa umur batuan di lokasi Jägala Juga adalah Ordovisium. Saya juga mendapatkan publikasi yang menyebutkan bahwa umur batuan di Jägala Juga berumur Ordovisium Bawah sampai Ordovisium Tengah (Mägi, 1991 dalam Meidla, 2008). Kondisi batuan di Jägala Juga sangat kontras apabila dibandingkan dengan kondisi batuan di Indonesia, batuan Paleozoikum dan Pra-Kambrium di Indonesia biasanya sudah terlipat, tersesarkan, terkekarkan, dan termetamorfkan.
Ketika mengetahui umur batuan adalah Ordovisium, saya yang tadinya yakin bahwa fosil yang saya jumpai adalah Ammonit seperti yang banyak dijumpai di Indonesia, terpaksa melakukan penelitian lebih lanjut. Saya berdiskusi di forum fosil, dan akhirnya berkesimpulan bahwa fosil tersebut adalah Estonioceras.
Berdasarkan informasi-informasi yang saya dapatkan, mulailah saya menyusun dongeng geologi. Pertama-tama, batugamping yang kaya akan fosil Cephalopoda adalah petunjuk lingkungan pengendapan laut. Lalu perlapisan yang horisontal menunjukkan kondisi tektonik yang stabil. Akhirnya, karena batugamping tersebut kini dijumpai di daratan, maka dapat disimpulkan bahwa pada lokasi ini terjadi penurunan muka air laut. Demikianlah sedikit dongeng geologi berdasarkan ekskursi geologi spontan kali ini. Lebih jauh lagi, peristiwa penurunan muka air laut ini mungkin terjadi secara regional di daerah Baltik, tetapi pastinya hal ini tidak dapat disimpulkan hanya dari satu titik ekskursi di Jägala Juga.
Salam satu bumi.
Referensi:
- Meidla, T. 2008. Field Guide: Excursion B: Ordovician of NE Estonia: Stop B1: Jägala Waterfall section. Dalam: Hints, O., AinÂsaar, L., Männik, P. & Meidla, T. (Editor). The Seventh Baltic Stratigraphical Conference. Absracts and Field Guide. Geological Society of Estonia, Tallinn. hal. 98-100.
Catatan:
- Jargon-jargon geologi pada artikel ini ditautkan pada Wikipedia berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris apabila tidak dijumpai halaman terkait dalam bahasa Indonesia.
- Sumber semua gambar pada artikel ini adalah dokumentasi pribadi.
Ucapan terima kasih khusus untuk Kompasianer Joko P, yang memberikan peer review sehingga saya dapat melakukan koreksi-koreksi terhadap artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H