Mohon tunggu...
Indra Wibisana
Indra Wibisana Mohon Tunggu... Lainnya - Diisi

Saya suka bertanya, kadang sampai debat tapi kadang-kadang aja. Saya suka topik humaniora, selebihnya kadang-kadang aja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mitologi Lucifer

26 Agustus 2014   07:00 Diperbarui: 4 April 2017   17:17 10189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="574" caption="Lucifer (sumber: http://www.comicvine.com/lucifer-morningstar/4005-24232/)"][/caption]

Pengantar

Dalam tradisi Kristen, Lucifer adalah malaikat yang memberontak terhadap Sang Pencipta. Kemudian terjadi peperangan di surga. Sepertiga penghuni surga pengikut Lucifer akhirnya dikalahkan dan dibuang dari surga. Malaikat itu kemudian disebut setan. Kurang lebih demikianlah mitologi Lucifer di kalangan Kristen. Mitologi ini memiliki beberapa versi, ada versi yang mengatakan bahwa Lucifer memberontak sendirian[1], ada versi yang mengatakan bahwa Lucifer adalah kerub[2] pemimpin lagu surga dan puji-pujian[3], ada yang mengatakan Lucifer memberontak karena cemburu akan sikap Allah terhadap manusia[4], ada yang mengatakan karena angkuh[5] dan ingin menyamai Allah[6]; sulit bagi saya untuk menelusuri elemen mana yang benar, yang salah, yang kiasan. Tetapi intinya secara singkat: Lucifer memberontak dan dibuang dari surga.

Lucifer sebagai Nama

Salah satu hal yang membuat saya kesulitan untuk mengetahui kebenaran kisah ini adalah karena kisah ini mulanya hanya saya dapatkan melalui cerita ibu saya ketika saya masih kecil. Sudah cukup lama. Jadi kali ini saya melakukan riset internet untuk mencoba mengetahui kisah Lucifer secara lebih mendalam.

Ternyata Lucifer sebagai nama malaikat tidak muncul dalam Alkitab Kristen, kecuali Alkitab versi Raja James (King James Version)[7]. Hal ini juga menyulitkan saya untuk menelusuri mitologi Lucifer dalam Alkitab. Beberapa penulis kitab menceritakan kisah jatuhnya suatu individu, tetapi saya tidak bisa yakin apakah para penulis ini sedang bercerita tentang individu yang sama.

Nama Lucifer juga sangat asing dibandingkan nama-nama malaikat lain yang disebutkan dalam Alkitab: Gabriel dan Mikael. Dalam tradisi Yahudi dikenal pula nama-nama Uriel, Rafael, Remiel, Samael, dan lain-lain. Nama-nama malaikat yang ada di dalam Alkitab maupun Tanakh umumnya berakhiran “-el”. “El” dalam bahasa Ibrani berarti Allah, dan akhiran “-el” berfungsi sebagai pembentuk kata kepemilikan bagi Allah[8]. Lucifer berasal dari bahasa Latin yang berarti “membawa terang”, “bintang fajar (planet Venus)”[9]. Ketika saya kursus bahasa Belanda, saya mengetahui bahwa dalam bahasa Belanda, “lucifer” berarti korek api. Kejadian waktu kursus inilah sebetulnya yang tiba-tiba menginspirasi saya untuk mencari tahu lebih jauh tentang Lucifer.

Jatuhnya Lucifer sebagai Komplemen Dualisme

Dari beberapa sumber, saya mendapatkan bahwa terdapat perbedaan makna untuk kata “setan” dalam tradisi Yahudi. Kecuali dalam kitab Ayub, setan dalam Tanakh tidak dipersonifikasikan. Hal ini berbeda dengan interpretasi Kristen tentang setan dalam Perjanjian Lama. Setan dalam bahasa Ibrani berarti musuh, pesaing, pendakwa, penghalang. Setan dalam tradisi Yahudi lebih bermakna kecenderungan berbuat jahat, penyebab konflik, dan bukan sesuatu yang buruk, bahkan merupakan sesuatu yang memberi manusia peluang untuk berkembang[10].

Kristen memperkenalkan Allah yang berbeda. Orang-orang Kristen menyadari perbedaan watak Allah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru, Allah adalah entitas yang maha baik. Sebagai konsekwensinya Kristen mengadopsi dualisme moral yang sebenarnya tidak ada dalam ajaran Yahudi. Dualisme moral dalam agama dan sistem kepercayaan sudah dikenal sejak zaman Zoroastrianisme, yaitu dalam sosok Ahura Mazda dan Ahriman. Sebelum Zoroastrianisme, dualisme sudah ada dalam agama Mesir Kuno dalam bentuk dewa kehidupan (Osiris) dan dewa kematian (Seth), tetapi bukan merupakan dualisme moral[11].

Sebagai lawan dari Allah sebagai persona maha baik, maka Kristen memerlukan sosok setan sebagai persona maha jahat. Kemunculan sosok setan ini diceritakan dalam mitologi Lucifer. Selain perbedaan watak Allah, dapat dibandingkan pula frekwensi kemunculan sosok setan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru setan jauh lebih sering disebut. Tentu saja Kristen menolak diklasifikasikan menganut dualisme moral, karena Allah (kebaikan) jauh lebih kuat/besar/berkuasa daripada setan (kejahatan)[12]. Kalau kekuatan dianggap irelevan, maka eksistensi kedua ekstrim moral (baik dan jahat) dalam ajaran Kristen menunjukkan dualisme moral.

Penutup

Kembali kepada Lucifer, mungkin salah satu orang yang paling bertanggung jawab dalam penyebaran nama Lucifer sebagai malaikat pemberontak yang dimaksud dalam Alkitab adalah Dante Alighieri (1265 – 1321), seorang penyair Italia[13]. Karya Dante, Divine Comedy, dianggap masterpiece pada masa itu, dan bahkan nama Dante masih saya dengar disebut di film-film kontemporer [14]. Dalam Divine Comedy, cantica Inferno, Dante menggunakan nama Lucifer sebagai nama malaikat yang memberontak[15].

Gereja Katolik pada masa itu tidak melakukan bantahan, sehingga nama Lucifer menempel sebagai sinonim untuk setan. Nama Lucifer sebagai setan rupanya masih terbawa pula setelah kemunculan Gereja Protestan pada abad ke-16. Kalau menggunakan prinsip “Sola Scriptura” tentu saja nama Lucifer akan menghilang dari ajaran Gereja Protestan, apalagi setelah Alkitab versi Raja James direvisi. Penjelasan yang paling masuk akal adalah bahwa Lucifer sebenarnya bukanlah nama, tetapi mengacu kepada sifat malaikat sebelum memberontak, yaitu pembawa terang. Dengan demikian maka sebenarnya Lucifer tidak dapat digunakan sebagai sinonim untuk setan. Walaupun demikian, masih banyak situs Kristen menggunakan Lucifer sebagai sinonim untuk setan, dan sebagai nama malaikat yang jatuh. Nama malaikat pemberontak dalam kisah malaikat yang jatuh sebenarnya tidak diketahui, mungkin tidak akan pernah diketahui, dan mungkin tidak perlu diketahui. Lalu pertanyaannya bagi saya adalah, apakah setan sebagai entitas itu ada? Setelah melamun sebentar, akhirnya saya cukup yakin bahwa kalau setan adalah entitas sejenis deity, maka saya pastinya ateis terhadapnya.

Referensi

[1]http://www.messagesfromspiritworld.info/Lucifer/011.html (diakses 24-08-2014)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun