Mohon tunggu...
indra putra
indra putra Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Edupreneur

Seorang hamba yang suka nulis kalo lagi pengen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Indonesia "Dijajah" Singapura?

29 Agustus 2019   13:18 Diperbarui: 29 Agustus 2019   13:30 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Tahun ini Indonesia telah merdeka selamat 74 tahun dan kita merayakan hari spesial ini dengan berbagai cara. Meski sudah lebih dari 7 dekade kita merdeka tetapi masih banyak sektor atau bagian-bagian dari negara kita yang belum sepenuhnya merdeka. Salah satu sektor yang masih belum merdeka sepenuhnya adalah sektor pendidikan, pada sektor ini bisa dibilang indonesia masih tertinggal jauh (berdasarkan rangking PISA). 

Pada urutan PISA Indonesia berada di no 62 dari 70 negara yang ada dengan nilai 395,3  sementara nilai rata-ratanya adalah 450. Nilai atau skor ini juga menunjukan seberapa jauh kita tertinggal, 25 poin senilai dengan 1 tahun, ini berarti pendidikan kita tertinggal 2 tahun dari nilai rata-rata skor PISA. 

Kenapa seperti ini? padahal Indonesia banyak menjuarai olimpiade tingkat internasional baik MIPA maupun yang lainnya. Skor yang Indonesia peroleh juga menujukan betapa tidak meratanya pendidikan di Indonesia, karena PISA mengambil sampel dari seluruh daerah Indonesia. Untuk negara seperti Singapura (yang menduduki peringkat satu 551,7 poin) luas wilayahnya tidak sebesar indonesia, sehingga dapat mengontrol pemerataan kualitas pendidikannya dengan leluasa.

1

sumber: idigitalsky.com
sumber: idigitalsky.com

Label peringkat satu atau yang terbaik membuat masyarakat Indonesia penasaran seperti apa pembelajaran yang diterapkan oleh Singapura atau buku yang seperti apa yang digunakan oleh mereka sehingga bisa menjadi no 1. Status Singapura ini juga menjadikan peluang bagi perusahaan buku untuk dapat menjual buku dengan label "Singapura" agar negara atau sekolah yang menggunakannya mendapat hasil yang sama dengan singapura. 

Bermula dari sini sekarang banyak beredar di Indonesia buku pelajaran berbasis "Singapura" khususnya pada pelajaran Sains dan Matematika. Banyak sekolah di Indonesia sekarang lebih memilih buku berbasis "Singapura" dibandingkan buku "lokal" tujuannya agar siswa-siswa di sekolah mereka bisa menjadi selevel atau sama kemampuannya dengan siswa "Singapura".   

Tidak sedikit sekolah yang menggunakan buku berbasis "Singapura" bertujuan untuk mendapatkan daya jual lebih kepada masyarakat kita, dengan label buku luar negeri biasanya masyarakat kita rela mengeluarkan uang lebih banyak demi anak-anaknya. Buku-buku yang berlabel "Singapura" ini pun biasanya dijual dengan harga yang lebih mahal dibandingkan buku "lokal" kita selisih harganya bisa sampai ratusan ribu rupiah untuk satu buku saja.

Pertanyaan dalam benak saya muncul melihat trend ini, kenapa buku-buku "lokal" atau karya anak bangsa sehingga tidak dapat bersaing dan banyak masyarakat yang lebih memilih buku berlabel "Singapura". Buku-buku berlabel "Singapura" ini laris di banyak sekolah terutama sekolah yang juga berlabel "Internasional" tetapi tidak sedikit juga sekolah biasa yang menggunakan buku tipe ini. 

Buku berlabel "Singapura" ini tidak dijual di toko buku pada umumnya seperti Gramedia, Gunung Agung atau TM Bookstore. Buku-buku tersebut terdistributisi secara khusus dimana hanya beberapa perusahaan atau agen buku yang dapat menjualnya di Indonesia. 

Mungkin salah satu banyaknya penggunaan buku berlabel "Singapura" ini juga karena berbasis bahasa inggris tetapi apakah kita tidak bisa membuat buku-buku yang menggunakan bahasa inggris? saya pernah melihat buku matematika buatan bangsa sendiri  yang berbasis bahasa inggris tetapi tetap saja kalah pamor atau kurang laku untuk dijual ke sekolah-sekolah, nyatanya mereka tetap memilih produk asing daripada produk asli bangsa sendiri. Sudah saatnya digemakan kembali untuk bangga menggunakan produk bangsa sendiri, masyarakat kita nyatanya masih lebih percaya produk luar dibandingkan produk sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun