Mohon tunggu...
indra putra
indra putra Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Edupreneur

Seorang hamba yang suka nulis kalo lagi pengen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR Sekolah, Pedang Bermata Dua

12 Agustus 2019   09:41 Diperbarui: 12 Agustus 2019   09:43 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                                                                     tirto.id

PR atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh para guru kepada peserta didik dengan tujuan untuk melatih kembali apa yang telah diajarkan disekolah. 

Alasan mengulang atau belajar kembali melalui PR juga merupakan alasan yang selalu dipakai oleh para guru untuk membuat peserta didik menjadi lebih pintar atau lebih "pintar". 

Mari kita lihat sejenak bagaimana waktu belajar di sekolah  di Indonesia. Untuk SD  kelas 1 dan kelas 2 masuk di jam 7 dan selesai di jam 12 atau bahkan ada yang sampai jam 2, untuk kelas 3-6 masuk di jam 7 dan bisa selesai di jam 2 atau bahkan ada yang jam 3, apalagi di SMP atau SMA bisa ada yang sampai jam 4 ada yang baru pulang sekolah.

 Itu waktu normal belajar di sekolah formal di Indonesia kecuali Jakarta yang memulai sekolah lebih awal di jam 6.30.

Saya mengutip dari tirto.id dalam salah satu artikelnya tahun 2016 disini dan saya juga mencoba untuk mencari artikel atau jurnal di Google Scholar tentang penelitian yang berhubungan dengan PR, hasilnya ternyata lumayan banyak akan tetapi banyak di antara penelitian itu justru membuat PR dengan cara dan upaya yang menarik agar dapat meningkatkan prestasi atau minat peserta didik. 

Salah satu penelitian yang mungkin dapat dicoba untuk para guru adalah Interactive science homework: An experiment in home and school connections. 

Saya masih berusaha mencari penelitian tentang PR normal pada umumnya seperti hanya memberikan lembar tugas atau lembar kerja untuk dikerjakan apakah benar dapat meningkatkan nilai atau prestasi peserta didik.

Pada artikel yang ditulis oleh tirto ternyata efek dari PR bisa membuat anak stress atau terbebani, salah satunya mengaku bahwa PR membuat aktivitas setelah sekolah menjadi terburu-buru karena harus segera fokus kepada PR yang harus segera dikerjakan atau dikumpulkan dihari berikutnya. 

Bahkan disebutkan didalam artikel tersebut bahwa sebenarnya PR hanya seperti obat berdosisi ringan, tidak terlalu banyak memiliki efek kepada peserta didik walau memang tetap dibutuhkan dalam kadar yang sedikit.

Mengutip dari kompas di Blitar, Jawa Timur, Dinas pendidikan di sana memberi himbauan kepada sekolah untuk dapat mengurangi PR yang diberikan kepada peserta didik, mereka berharap proses belajar disekolah harus sudah selesai di sekolah dan tidak untuk dilanjutkan di rumah. 

Dinas pendidikan terkait mengharapkan dengan berkurangnya PR dapat meningkatkan para peserta didik untuk dapat belajar tentang cara bermasyarakat atau bersosial atau mengenal lingkungan mereka lebih dekat dan tidak hanya mengejar prestasi akademik.

Saya sebagai pengajar atau guru termasuk yang jarang memberikan PR, kenapa? karena sekolah tempat saya mengajar sudah menerapkan full day school dimana peserta didik harus bersekolah sampai jam 14.30. 

Menurut saya dengan memberikan banyak PR waktu bermain anak-anak menjadi berkurang, apalagi saya mengajar di SD, dimana usia anak-anak yang saya ajarkan masih butuh banyak bermain daripada belajar. 

Jika saya menghitung waktu anak-anak yang saya miliki ketima mereka pulang jam 14.30, maka mereka akan sampai ke rumah perkiraan jam 15.30 setelah itu mereka beberes mengganti pakaian dan mandi, saya perkirakan itu akan selesai sampai jam 17.30.

Setelah jam 17.30 mereka mungkin beristirahat selama 30 menit sebelum menjelang magrib atau malam. Bagi yang beragama islam mungkin mereka harus beribadah terlebih dahulu  solat magrib dan mengaji hingga jam 19.00. 

Bagi yang bukan islam mungkin mereka makan malam terlebih dahulu setelah itu baru ada waktu luang. 

Sebenarnya waktu luang ini bisa dimanfaatkan oleh orang tua untuk kegiatan selain belajar akademik, seperti quality time bersama keluarga setelah seharian tidak bertemu atau mengerjakan hobi kreatif anak-anak yang lain. 

Jika waktu luang ini masih diisi kegiatan belajar formal seperti mengerjakan PR maka secara tidak langsung kita telah merampas hak anak-anak untuk bahagia. Ingat bermain juga merupakan hak anak yang harus kita laksanakan.

DOk: World Economic Forum
DOk: World Economic Forum
saya sebagai guru sebisa mungkin untuk tidak meberikan PR kepada anak-anak agar anak-anak bisa datang keesokan harinya ke sekolah dengan perasaan yang senang dan gembira bukan dengan perasaan yang was-was karena belum mengerjakan PR atau mengkhawatirkan nilai PR. 

Sebagai guru saya juga punya tanggung jawab untuk dapat mengembangkan kemampuan anak-anak dibidang lain bukan hanya akademik atau pelajaran formal, dengan menyediakan waktu yang cukup dirumah kita sebagai guru sudah memberikan fasilitas bagi mereka untuk dapat mengembangkan kemampuan lainnya yang mungkin dapat mereka gunakan kelak di masa depan nanti.

Sekali lagi PR mungkin dapat membantu anak dalam mengingat kembali pelajaran disekolah tetapi dengan kadar yang secukupnya dan tidak terlalu sering. 

PR juga mungkin justru dapat berperan dalam membuat anak lebih stress dan malah tidak berkembang dikemudian hari. Jadi PR bagaikan pedang bermatadua sewaktu-waktu dapat berbalik menyerang diri sendiri. 

Saya ingat betul perkataan dari Yoris Sebastian Creative Influencer, manusia membutuhkan setidaknya 10 sampai 30 persen waktu yang dimilikinya untuk melakukan kegiatan yang kreatif agar otak kita terbiasa melakukan hal yang kreatif. Ingat dimasa depan anak membutuhkan banyak soft skill ketimbang pelajaran formal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun