Mohon tunggu...
indra putra
indra putra Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Edupreneur

Seorang hamba yang suka nulis kalo lagi pengen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tahap Penting Pendidikan Anak yang Selalu Dilupakan

11 September 2016   10:08 Diperbarui: 11 September 2016   10:17 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan Anak khususnya anak-anak di bangku SD sangat lah penting sebagai landasan dasar awal bagi anak untuk tahapan-tahapan berikutnya yang lebih kompleks. Pada tahap awal inipenting untuk membangun logika dan nalar pemikiran anak, agar nantinya di tingkat pendidikan yang lebih tinggi logika dan nalar anak sudah terasah dan dapatberpikir secara mandiri.

Teori pendidikan yang paling terkenal dan sering digunakan adalah teori dari Piaget tokoh paling penting dalam dunia pendidikan dan hampir semua teorinya diaplikasikan di banyak negara. Saya mengutip salah satu teori nya yaitu :

Tahap Concrete (7-11 thn)

Padaumumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memiliki kemampuan memahami konsep konservasi (concept of conservacy), yaitu meskipun suatu benda berubah bentuknya, namun masa, jumlah atau volumenya adalah tetap. Anak juga sudah mampu melakukan observasi, menilai dan mengevaluasi sehingga mereka tidakse-egosentris sebelumnya. Kemampuan berpikir anak pada tahap ini masih dalam bentuk konkrit, mere kabelum mampu berpikir abstrak, sehingga mereka juga hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat konkrit. Aktifitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman langsung sangatefektif dibandingkan penjelasan guru dalam bentuk verbal (kata-kata).

Saya memberi cetak tebal untuk kalimat yang paling penting dan sering dilupakan olehpara pendidik kita "Mereka belum mampu berpikir abstrak" artinya kitatidak bisa hanya memberikan penjelasan dengan kata-kata atau tulisan, Guruharuslah membawa bukti kongkrit atau nyata dalam menyampaikan pelajaran agar anak dapat mengerti.

contoh:

untuk pembelajaran matematika kelas satu guru membawa benda yang merepresentasikan angka yang ada di dunia nyata. mulai lah dengan benda yang familiar dilingkungan anak seperti membawa apel atau kancing besar yang dapat dilihat anak dengan mudah kemudian tunjukan kepada anak bahwa satu apel itu sebanyak ini (sambil memegang satu buah apel/kancing), kalau dua apel itu sebanyak ini (sambil memegang dua buah apel) atau mintalah anak menunjukan jika lima apel itu sebanyak apa? 7 buah kancing itu sebanyak apa? ini akan lebih menarik dan memotivasi anak dalam belajar. lakukan hal ini berulang ulang dengan jumlahyang berbeda-beda agar anak memahami betul konsepnya. 

ketika sudah berulang-ulang baru lah kita ajarkan hal abstraknya bahwa benda yangjumlah nya tiga bisa kita tulis dengan simbol angka 3 dan seterusnya. sehingga anak tahu dan paham kalau angka 3 itu sebanyak apa, kalau angka 6 itu sebanyakapa, kalau angka 0 itu tidak ada bendanya.

Janganlah memulai pelajaran dengan hal yang abstrak karena itu akan menyulitkan mereka, mungkin mereka akan mengerti tetapi nalar dan logika mereka tidak akan berkembang dengan baik dan ini akan menyulitkan mereka. Pengalaman saya dalam mengajar adalah ketika sang anak sudah di bangku SMP atau SMA mereka akan sangat sulit memahami hal-hal yang abstrak seperti menyimpulkan soal cerita yang lebih kompleks. Untuk tingkat SD selalu lah memulai pembelajaran di kelas dengan hal yang kongkrit atau nyata. ketika mereka mengerti konsepnya anda tidak perlu susah payah mengajarkan pelajaran-pelajaran yang lebih bervariasi.

Ingat lebih penting anak menguasai konsep dasar nya terlebih dahulu janganlah langsung membuat anak mengerjakan soal-soal sulit yang terdiri dari tulisan-tulisan dan angka-angka saja. Pendidikan itu butuh proses dan kesabaran terkadang kita lupa bahwa yang sedang kita ajarkan adalah anak-anak bukan orang dewasa yang sudah bisa berpikir kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun