Stadion Mestalla menjadi tempat tak ramah bagi Vinicius Junior. Umpatan rasis pendukung Valencia membuat pemain asal Brasil itu meledak. Ia menangis dan marah, perlakuan ini masih ada di sepak bola.
Bagi Vinicius ini bukan kali pertama warna kulitnya menjadi cemooh. Mundur beberapa bulan ke belakang, pemain Real Madrid itu pada Februari 2023 juga jadi korban rasis pendukung Real Mallorca.
"Ini jadi hal normal. Kompetisi anggap ini normal, begitu juga dengan federasi," tulis Vinicius pada unggahan akun Instagram miliknya, Senin 22 Mei 2023.
Kompetisi Liga Spanyol faktanya memang jadi tempat tak ramah bagi mereka yang memiliki warna kulit berbeda. Dalam rentang 10 tahun terakhir, perlakuan rasisme terus terjadi.
Sepak bola yang pada tahun 1800-an menjadi alat perjuangan bagi Mahatma Gandhi melawan rasisme malah jadi sarana menyebarkan paham jahat itu.
Bara Perlawanan Mahatma Gandhi
"Jika kamu mencoba sembuhkan kejahatan dengan kejahatan, kamu (hanya) akan menambah lebih banyak rasa sakit pada takdirmu," begitu filsuif Yunani kuno, Sopchocles berikan petuah.
Petuah yang hanya sedikit orang sepanjang sejarah dunia bisa menjalankannya, salah satunya Mohandas Karamchad Gandhi atau yang kita kenal Mahatma Gandhi.
Gadhi dikenal sebagai tokoh dunia yang paling konsisten melawan tirani dengan aksi non kekerasan. Bagi Gandhi, tindak kejahatan orang kolonial kepada bangsa terjajah tak harus dilawan dengan kekerasan.
Jauh sebelum ia dianggap manusia setengah dewa di India bahkan dunia, Gadhi menghabiskan waktu tertahun-tahun di Afrika Selatan, di mana ia menabur benih kebebasan yang nantinya diperjuangkan oleh Nelson Mandela.