"Saya mencetak gol pada menit-menit akhir dan masuk sebagai pemain pengganti. Saya sempat tidak percaya bisa cetak gol," kenang Papat.
Bercerita panjang lebar mengenai perjalanan kariernya sebagai pesepak bola, Papat Yunisal kerap menegaskan bahwa menjadi atlet bukan berarti melawan kodratnya sebagai perempuan.
Bahkan Papat tegaskan menjadi atlet khususnya perempuan juga wajib mementingkan dunia pendidikan.
"Pesepak bola khususnya perempuan wajib mengejar bidang akademik, ini untuk karier mereka ke depan," pesan wanita yang saat ini jadi dosen di salah satu kampus di Cimahi.
Apa yang dilalui Papat Yunisial dari kemimbangan pilihan antara menjadi guru atau pesepak bola menurut Merriam-Webster adalah manifestasi dari takdir. Itu juga yang dialami pesepak bola wanita asal India bernama Aditi Chauhan.
Kiper India yang Tembus Liga Inggris
Aditi lahir di Goa, India apda 20 November 1992. Sama seperti Papat Yunisial, di awal Aditi justru lebih fokus pada olahraga lain.
Jika Papat ke hoki, Aditi justru suka dan lakoni olahraga karate dan bola basket. Bahkan untuk karate, Aditi memiliki ban hitam.
Hingga takdir menuntutnya menekuni sepak bola. Semua itu berawal saat ia diyakinkan guru olahraganya untuk menjadi kiper di tim amatir tempatnya tinggal.
Sepak bola bagi Aditi sebenarnya bukan olahraga asing. Sepak bola kerap ia mainkan bersama rekan-rekan sebayangnya di gang-gang kecil dekat mereka tinggal. Tapi sepak bola bukan olahraga populer di India.
Bimbang harus memilih fokus di olahraga mana, Aditi berada di persimpangan karier selama dua tahun. Sampai pada akhirnya ia meyakinkan diri untuk fokus menjadi seorang kiper.