Pertandingan sepak bola tak hanya jadi ajang hiburan, namun juga jadi arena bentrok berdarah antara suporter.
Tak hanya di Indonesia, di negara kawasan Amerika Selatan seperti Argentina dan Brasil kerap muncul pemberitaan bentrok berdarah antara suporter di pertandingan sepak bola.
Banyak cara dilakukan otoritas terkait agar bentrok berdarah tak lagi terjadi di pertandingan sepak bola. Di Inggris misalnya era kepemimpinan PM Margaret Thatcher terapkan aturan keras agar tragedi berdarah tak terjadi di sepak bola.
Berlatara belakang tragedi Heysel, si Iron Lady itu kemudian membentuk Kabinet Perang agar meredam aksi kekerasan di lingkup sepak bola.
Sosok di Kabinet Perang ini kemudian mencari akar masalah munculnya gesekan di lingkungan sepak bola. Analisis sosial budaya dipilih untuk membedah permasalahan pelik ini.
Ialah Menteri Dalam Negeri Inggris, Douglas Hurd membuat penelitian faktor-faktor penyebab suporter bisa bentrok yang berujung kehilangan nyawa. Sejumlah faktor terkuak mulai dari peredaran miras, kemunculan kelompol kriminal kelas teri hingga munculnya fenomena mod dan rocker serta punk di kawasan urban Inggris.
Untuk atasi masalah tersebut, Hurd kemudian mengajukan draft undang-undang yang berizi aturan ketat terkait tuntutan hukuman berat kepada suporter pelaku kerusuhan. Aturan ini memungkinkan aparat kepolisian bergerak cepat saat bentrok terjadi dan menutut pelaku dengan hukuma berat.
Namun meski pada akhirnya aturan tersebut diloloskan oleh parlemen Inggris, sepak bola di negara itu tak sepenuhnya lepas dari momok menakutkan bentrok antar suporter.
Sepak Bola Brasil dan Kekerasan
Salah satu negara sepak bola yang juga berkutat dengan bentrok antara suporter adalah Brasil. Pemilik terbanyak gelar Piala Dunia itu dihadapkan pada situasi pelik kekerasan suporter yang selalu terjadi.