Nama Eric Mao mungkin terdengar asing di telinga pencinta sepak bola. Tapi tidak untuk klub-klub kecil di Eropa, seperti klub Racing Roja di Spanyol, FK Mohelnice di Ceko, atau Atlético Clube di Portugal. Mao adalah investor bagi mereka yang dikemudian hari malah membawa klub-klub tersebut berada di jurang kehancuran.
Eric Mao alias Harry Zhang merupakan mantan jurnalis olahraga di salah satu televisi di Cina. Ia diketahui lulus dari Universitas Rakyat Cina. Menurut laporan Asia Times, setelah lulus dari kampus tersebut, Mao terdaftar menjadi pemain sekaligus agen sepak bola di federasi sepak bola dunia, FIFA.
Pada 2012, karier Mao sebagai agen sepak bola di mulai. Berbekal bahasa Inggris yang fasih, ia menjadi jembatan bagi investor Cina untuk menanam saham di sejumlah kub di Eropa. Sejak Juli 2012, Mao menurut laporan Der Spiegel mengikat kontrak dengan agensi Base Soccer di Inggris. Base Soccer merupakan agen kenamaan di Inggris yang membawahi sejumlah pemain seperti Kyle Walker, Danny Rose, serta Aaron Ramsey.
Laporan dari European Investigative Collaborations (EIC) menyebut bahwa Mao dan jaringannya merupakan sindikat pengatur pertandingan internasional. Bekerja sama dengan grup Anping, perusahaan yang dibentuk tiga warga Cina, Eric Mao, Bruce Ji, dan Nancy Cao, geng Mao ini memiliki andil besar hancurnya sejumlah klub kecil di Eropa.
Apa yang dilakukan oleh gang Mao ini? Hasil penyelidikan dari The Black Sea mengungkap bahwa Mao dkk ini awalnya melakukan suntikan dana kepada klub kecil di Eropa. Ia mengincar klub-klub yang bermain di kasta terendah kompetisi di satu negara Eropa.
Rencana mereka tentu saja bukan untuk menyelamatkan klub dari krisis. Ia tak memiliki tujuan jangka panjang untuk klub yang diincarnya. Tujuan utamanya jelas menang di perjudian sepak bola. Klub Portugal, Atletico Clube jadi salah satu korbannya.
Pada 2014, Mao memberikan suntikan dana kepada Atletico Clube. Dengan bendera Anping Football Club, mereka mampu menguasai 70 persen saham klub yang saat itu bermain di kasta kedua Liga Portugal. Anping grup pun mulai menguasai direksi klub tersebut.
Bruce Ji diangkat menjadi ketua dewan direksi bersama Nanco Cao. Rencana jahat pun mulai mereka mainkan. Menurut laporan UEFA, selama rentang waktu tiga musim, Atletico de Clube mendatangkan 67 pemain dengan mayoritas bebas transfer. Kontrak mereka pun tak lebih dari dua tahun.
Apa tujuannya? Para pemain ini menjadi aktor utama di balik pengaturan skor pertandingan. Yang diutamakan oleh Anping grup dan Eric Mao adalah Atletico Clube menjadi sumber uang mereka di arena judi.
Faktanya UEFA menyebut bahwa Atletico Clube dalam rentang waktu 2014 hingga 2017 terlibat kasus pengaturan skor di kasta kedua Liga Portugal.
Pola seperti ini terus dilakukan oleh Anping Grup dan Eric Mao di sejumlah klub kecil Eropa lainnya. Bahkan pada 2015, PSSI-nya Belanda menduga ada kasus pengaturan skor yang melibatkan tiga klub, Willem II, Ajax, dan Feyenoord di 2009-10 yang melibatkan dua pemain, Igors Labuts dari Latvia dan Ibrahim Kargbo dari Sierra Leone, di mana keduanya memiliki hubungan dengan Eric Mao.