Musim penghujan seperti saat ini alangkah mengasyikan jika kita sedikit membahas hal-hal yang berbau melankolis dan berhubungan dengan percintaan. Hemm percintaan, bicara soal cinta tentu banyak prespektif soal pengertian apa arti cinta itu sendiri?
Sejumlah orang mengartikan cinta dengan rangkai kata yang begitu indah. Kahlil Gibran misalnya mendefinisikan cinta dengan banyak pengertian. Gibran pernah menyebut cinta adalah cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia karena cinta itu membangkitkan semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah perjalanannya, ibarat seekor burung yang cantik meminta untuk ditangkap tapi menolak untuk disakiti.
Lain dengan Plato, cinta menurut Plato adalah pilihan berat yang dilakukan individu untuk mendapatkan sesuatu terbaik sayangnya karena nafsu malah membuat individu tersebut tidak mendapatkan apapun. Dua filsuf ini memang mengdefinisikan cinta dengan pengertian yang cukup berat.
Secara sederhana pengertian cinta digubah menjadi lagu oleh seorang penyanyi folk, Iksan Skuter. Di singelnya berjudul 'Cinta itu Adalah' Iksan menyerdehanakan pengertian cinta.
"cinta itu hijau hutan kepada binatang. Ikhlas dan rela berkorban teduh melindungi," tulis Iksan dalam lirik lagunya tersebut.
Penggalan lirik ini membuat saya menerawang jauh saat awan hitam datang ke Turin, Italia pada 2006 silam. Awan hitam yang membuat klub sebesar Juventus direndahkan. Terdegradasi ke kasta kedua dan mendapat cap klub skandal. Skandal Calciopoli yang terkuak pada musim panas 2006 itu membuat Juventus dihinakan.
Direktur olahraga mereka, Luciano Moggi dihakimi, nama klub jadi bahan bully dari banyak pihak, pun dengan pemain-pemain Juventus lainnya. Tentu tak terbayangkan dengan rasa batin yang dialami pemain-pemain besar Juventus saat itu. Mendapat hukuman yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Penghakiman dari banyak pihak diluar hukuman dari pengadilan begitu berat dialami skuat Juventus saat itu. Belum lagi dengan fakta yang harus mereka terima bermain di Serie B. Mereka yang bersama Inter tak pernah terdegradasi saat itu harus menelan kenyataan pahit itu.
Di tengah awan hitam itulah arti cinta seperti yang diungkap Iksan di lagunya tersebut muncul. Sosok-sosok pemain seperti Gianluigi Buffon, Pavel Nedved, Giorgio Chiellini, Claudio Marchisio, Mauro Camoranesi, David Trezeguet, hingga el Capitano, Alessandro Del Piero memilih bertahan di klub tersebut.
"Seorang pria sejati tidak akan pernah meninggalkan wanitanya," kata Del Piero saat itu.
Pernyataan lebih melankolis diutarakan Buffon saat ditanya soal keputusannya bertahan di Juventus di masa kelam itu. "Saya bertahan karena saya memiliki nilai tertentu dalam hidup. Seperti perasaan untuk memiliki dan rasa terima kasih kepada klub, skuat dan fans yang selalu memperlakukan saya dengan baik." kata Buffon seperti dikutip L'Equipe
Lebih lanjut, Buffon bahkan menyebut bahwa ia memiliki hutang yang besar kepada Juventus. "Juve membantu saya menjadi juara dunia dan oleh karena itu saya berutang banyak pada mereka," kata kiper yang sekarang bermain di Liga Prancis bersama PSG tersebut.
Apa yang disampaikan oleh Del Piero dan Buffon merupakan ungkapan dari mereka-mereka yang paham betul apa itu cinta. Terkadang memang sulit membedakan antara cinta dan nafsu. Perbedaan kedua kata itu sangat tipis.
Keputusan meninggalkan Juventus bisa saja dilakukan para pemain tersebut di atas, mereka bisa mencontoh apa yang dilakukan rekannya yang lain seperti Fabio Cannavaro, Gianluca Zambrotta, Patrick Vieira, dan Zlatan Ibrahimovic, angkat koper di saat awan hitam datang ke Turin.
Keputusan pemain-pemain itu tak salah, mereka masih di usia produktif, dan tentu sangat tidak masuk akal jika skill mereka harus bermain di kompetisi kasta kedua sementara ada tawaran yang lebih baik. "Tahun-tahun di Serie B adalah sesuatu yang saya ingat dengan kesenangan karena saya bertahan dan berutang pada fans untuk melakukannya. Akan menjadi terlalu mudah jika pindah pada saat itu," kata Buffon seperti dikutip dari goal.com
Dilatih Didier Deschamps kemudian di-caretaker oleh Giancarlo Corradini, skuat Juventus musim 2006/07 mulai menikmati perjalanan mereka di Serie B. Di laga debut Serie B melawan Rimini, Juventus tak mampu meraih poin penuh. Dikutip dari data soccerway.com, Juventus yang melawan Rimini pada 10 September 2006 harus puas meraih 1 poin setelah bermain imbang 1-1.
Kala itu, Juventus yang seharusnya memiliki peluang lebih besar untuk menang dibanding Rimini ternyata demam panggung, mampu mendominasi penguasaan bola, skuat Juventus tampil di bawah standar. Meski unggul terlebih dahulu lewat kaki Matteo Paro, Buffon kebobolan pada menit ke-74 lewat aksi solo run, Adrian Richiuti memanfaatkan demam panggungnya full back Juventus kala itu, Boumsong dan Robert Kovac.
Meski ada noda di laga debutnya, Juventus kemudian tak terbendung di laga-laga selanjutnya kompetisi Serie B musim itu. Padahal, penderitaan Juventus belum berakhir. 15 Desember 2006 misalnya dengan keterbatasan skuat yang dimiliki, dua pemain Juventus Alessio Ferramosca dan Riccardo Neri meninggal dunia karena tenggelam. Setelah itu, mereka ditinggalkan Deschamps karena berselisih paham dengan jajaran manajemen.
Mental kuat dan rasa cinta yang tulus sejumlah pemain senior Juventuslah yang pada akhirnya membuat klub ini keluar sebagai juara di akhir musim dan promosi ke Serie A. Tak salah jika menyebut Del Piero, Buffon, dan skuat Juventus di musim 2006/07 bak lilin kepada nyala api. Rela mengorbankan dirinya untuk berikan sinar cahaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H