Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bagaimana Jika Ratu Tisha Digantikan 3 Sosok Perempuan Ini?

23 November 2018   15:50 Diperbarui: 23 November 2018   16:25 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratu Tisha, Sekjen PSSI | tribunnews.com

Dari sejumlah pejabat tinggi PSSI selain Edy Rahmayadi tentu saja, ada dua nama yang dianggap publik tak becus mengelola sepakbola negeri ini. Mereka adalah sang Sekjen, Ratu Tisha, serta Wakil Ketum, Joko Driyono. Ketiganya serta sejumlah pejabat lain seperti Iwan Budianto dianggap sosok bertanggungjawab atas kondisi sepakbola Indonesia yang sekarang.

Khusus untuk seorang Ratu Tisha sebagai Sekjen PSSI dalam beberapa kesempatan ia dianggap tak berbeda jauh dari sang Ketum yang suka blunder menyampaikan pernyataan ke publik. 

Padahal perempuan jebolan FIFA Master tersebut bukanlah orang baru di sepakbola, ia sempat menjabat Direktur Kompetisi dan Operasional PT Gelora Trisula Semesta, operator Indonesia Soccer Championship 2016.

Akibat sejumlah blunder pernyataan yang ia sampaikan ke publik, Ratu Tisha pun dianggap 11 12 dengan para pemimpinan PSSI lain yang tak becus mengelola sepakbola Indonesia. Sejumlah suara-suara untuk juga menurunkan Ratu Tisha sebagai Sekjen PSSI terus menguat pasca kegagalan Timnas Indonesia lolos dari fase grup Piala AFF 2018.

Skenarionnya jika Edy Rahmayadi tetap kokoh memimpin PSSI hingga akhir masa jabatannya, mantan jenderal bintang tiga tersebut bisa saja mengambil opsi pemberhentian Ratu Tisha sebagai Sekjen PSSI. PSSI saat diketuai oleh Plt Joko Driyono pada 2017 lalu juga sempat mengganti posisi sekjen dari Ade Wellington yang memilih mengundurkan diri.

Jika Edy masih percaya untuk perempuan menjabat posisi penting di PSSI, ia bisa saja beralih ke sejumlah sosok perempuan lain untuk menggantikan Ratu Tisha sebagai seorang sekjen. Di belantara sepakbola Indonesia, sejumlah perempuan tercatat mengambil peranan penting. Para perempuan ini tidak hanya jadi second leader namun juga jadi pengambil keputusan penting.

Dari sejumlah nama perempuan yang aktif di sepakbola Indonesia, berikut 3 nama yang dirasa cukup layak menggantikan sebagai Ratu Tisha sebagai Sekjen PSSI, berikut pemaparannya:

1. Andi Widya Syadzwina

Tugas menjadi sekjen di PSSI memang cukup krusial, pasalnya posisi ini merupakan orang kedua paling berkuasa di federasi setelah Ketum dan Wakil Ketum. Dikutip dari pssi.org, berdasar statuta PSSI, section 62 dan 63, Sekjen adalah pimpinan eksekutif dari kesekretariatan jenderal. Dipilih berdasarkan hukum privat atau individu, dan memiliki kualifikasi profesional tertentu.

Tugas utama dari seorang sekjen ialah mengurus urusan administrasi PSSI. Salah satunya menjalin koresponden bagi badan-badan sepak bola yang bersifat horizontal, yaitu asosiasi negara lain atau badan sepak bola yang lain. Juga yang bersifat vertikal seperti kepada federasi di mana PSSI bernaung yaitu AFF, AFC, dan FIFA.

Selain itu tugas sekjen, melakukan koordinasi dan penyusunan rencana, agenda, program, dan anggaran PSSI yang biasanya dilakukan melalui kongres atau rapat dengan para komite eksekutif.

Dengan paparan tugas tersebut di atas, sosok Andi Widya Syadzwina atau yang akrab disapa Wina dirasa cukup pas untuk mengemban tugas sebagai Sekjen PSSI. Bagi publik sepakbola Makassar, sosok Wina tidaklah asing. Wina ialah satu-satunya perempuan yang menjadi media officer (MO) klub di Liga 1 2018.

Sekedar informasi tugas seorang MO di sebuah klub sepakbola tak jauh berbeda dengan seorang humas di suatu perusahaan atau organisasi. Secara garis besar tugasnya ialah memberi informasi kepada publik dan kepada awak media tentang perkembangan teranyar klubnya.

Jabatan sebagai MO PSM Makassar pertama kali diemban oleh Wina pada 2011 namun pada 2014 ia memilih untuk mengundurkan diri karena ingin fokus untuk menyelesaikan studinya. Pada 2017, Wina kembali menjabat sebagai MO PSM dan kembalinya Wina mendapat sambutan menyenangkan dari publik sepakbola Makassar.

Perempuan jebolan Universitas Padjajaran dan Univeristas Hasanuddin ini juga sempat menjabat sebagai marketing & Communication Head PT GMTD Tbk, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan real estate dan urban development, serta menjalankan usaha dalam bidang jasa termasuk pembangunan perumahan, apartemen, kondominium, hotel, kawasan pariwisata, dan pusat-pusat komersial lainnya.

Dengan rekam jejak karier tersebut tak mengherankan sosok Wina memang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menjalankan tugas-tugas seorang Sekjen PSSI. Yang lebih menarik juga, Wina memiliki thesis berjudul 'Studi Fenomenologi Perilaku Komunikasi Suporter Fanatik Sepakbola dalam Memberikan Dukungan pada PSM Makassar', tentu saja Wina akan memiliki masukan berarti untuk menyelesaikan masalah suporter di Indonesia.

2. Sally Atyasasmi

Bagi publik Bojonegoro nama Sally Atyasasmi cukup familiar. Sosok perempuan berparas cantik ini mempunyai rekam jejak cukup positif di mata masyarakat, pasalnya selain ia menjabat sebagai Ketua Komisi C DPRD Bojonegoro, Sally juga dikenal cukup aktif di sejumlah kegiatan sosial, perempuan, anak, hingga pencegahan HIV/AIDS. Sally seperti dikutip dari bola.com juga memiliki komunitas bernama Sally Care yag berfungsi untuk menukar ide dan kritik membangun.

Nah untuk rekam jejak Sally di bidang sepakbola, Sally saat ini menjabat sebagai manajer klub Persibo Bojonegoro. Perempuan S2 lulusan Universitas Indonesia jurusan Ilmu Kesehatan ini sebelum menjabat sebagai manajer Persibo sudah cukup lama berkecimpung di sepakbola Bojonegoro pasalnya pada 2015 ia diberi tanggung jawab sebagai bendahara klub.

Bagaimana kiprah Persibo sejak Sally sebagai seorang manajer? Tim berjuluk Laskar Kalimanyat ini memang masih berkutat di Liga 3 2018. Persibo gagal masuk ke babak 16 besar Liga 3, karena raihan yang kurang mengenakkan ini pihak suporter Persibo Bojonegoro atau yang dikenal dengan sebutan Curva Nord 1949 meminta bergerak cepat untuk membuat kerangka tim demi mengarungi Liga 3 di musim depan.

Pihak klub meminta manajemen klub untuk tidak lagi mempersiapkan tim secara mendadak untuk mengarungi Liga 3 yang bisa berdampak kepada hasil tak mengenakkan seperti yang dialami pada musim ini. Catatan ini yang menjadi ganjalan untuk seorang Sally sebagai seorang manajer klub sepakbola.

3. Esti Puji Lestari

Sosok satu ini juga memiliki kapasitas yang sangat mumpuni untuk menggantikan Ratu Tisha sebagai Sekjen PSSI. Esti merupakan pemilik dari klub Persijap Jepara, selain itu juga sempat mengemban tugas sebagai asisten manajer Timnas Putri U-15 Indonesia.

Esti pertama kali bersentuhan sepakbola Indonesia pada pertengah 2016. Kala itu ia membeli mayoritas saham Persijap Jepara yang dimiliki oleh M.Said Basalamah. Mengapa Esti memilih Persijap? "Persijap memiliki nilai histori yang panjang bagi saya. Suami saya pernah bermain di klub ini," kata istri dari Carlos Sciucatti, pesepakbola asal Argentina yang juga pernah membela Mitra Kukar.

Menariknya masuknya Esti ke sepakbola nasional dilatarbelakangi pengalaman pahit sang suami bermain di Indonesia. Menurut Esti kala itu Raul mengalami masalah seperti gaji tak dibayar, KITAS tak diurus, cedera tak diurus dan masalah klasik lainnya.

Bukan perkara mudah bagi seorang Esti untuk tetap konsisten mengurus klub sepakbola di tengah carut marutnya kompetisi sepakbola nasional. Ia tidak hanya bertarung dengan mafia-mafia yang ada di kompetisi sepakbola negeri ini namun ia juga harus bertahan menghadapi tuntunan para suporter. Suara suporter untuk meminta Persijap Jepara jadi lebih baik memang hal lumrah dan Esti mau tak mau memang harus mengurusi suara-suara itu.

Esti juga sebagai sosok yang cukup fokus soal pembinaan usia muda memang perlu digarisbawahi, pasalnya Esti salah satu pemilik klub sepakbola yang memiliki fokus pada pengembangan dan pembinaan pemain muda. Bahkan Esti juga tak lupa untuk membangun sepakbola wanita.

Esti beberapa kali coba mendorong PSSI untuk bisa menyelenggarakan kompetisi untuk para pesepakbola wanita. "Coba semua tim sepakbola di indonesia memiliki tim wanita, pastinya atlet sepakbola yang dimiliki akan meningkat dua kali lipat," kata Esti. Khusus Persijap Jepara sendiri sudah memiliki tim sepakbola wanita. Dan sekedar informasi untuk sekedar membangun klub pesepakbola wanita butuh dana kurang lebih sebesar Rp 7,5 miliar.

Salah satu aksi nyata dari Esti untuk membangun sepakbola wanita Indonesia ialah konsisten pada Piala Putri Nusantara. Pada tahun lalu, event ini terselenggara di Jepara dari 9-14 Maret 2017 lalu. 

Untuk konsisten pada sepakbola wanita, Esti membangun Yayasan Citra Raga yang terbentuk pada 2012. Yayasan ini merupakan yayasan Non profit dengan tujuan dasar membina usia dini di sepak bola dengan mengadakan coaching clinic di daerah pelosok, salah satunya Jepara, Sukabumi dan Flores.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun