Masih berlabel politisi, Ferry Djemi merupakan pendiri sekolah sepakbola Bintang Timur di Atambua, NTT. Perannya membangun SSB di perbatasan Timor Leste ini membuat dirinya mendapat penghargaan tersendiri dari Menteri Olahraga Timor Leste, Osorio Florindo pada 2017 silam.
"Terus terang saja saya kenal dengan pak Fary. Sejak di Timor Leste sebelum pisah dengan Indonesia beliau memang selalu peduli dengan sepak bola," ucap Osorio tentang pria dari partai Gerindra tersebut.
Fokus Ferry memang pembinaan pesepakbola muda yang terkesan dilakukan setengah-setengah oleh pengurus PSSI sekarang.Â
Pihak Kemenpora sendiri lewat Deputi III Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia Raden Isnanta mengaku, apa yang dilakukan Fary dalam bidang olahraga seharusnya bisa dicontoh oleh sejumlah penggila bola lainnya di Indonesia.
"Menurut saya, jika setiap penggila bola di Indonesia mempunyai visi dan misi seperti pak Fary dalam hal pembinaan usia dini maka nanti sepak bola kita akan terus membaik," kata Raden seperti dikutip dari kompas.com
5. Emha Ainun Nadjib
Di sejumlah kesempatan Emha selalu memberikan petuah yang berisi masukan positif untuk membangun sepakbola Indonesia. "Sepakbola untuk bersyukur, untuk persaudaraan. Untuk menciptakan ghiroh, untuk saling tolong menolong, untuk segala macam" kata pria yang akrab disapa Cak Nun tersebut.
Selama mondok di Pesantren Gontor, Cak Nun sudah akrab dengan sepakbola. Di awal 90-an, Cak Nun sangat produktif menulis kolom-kolom Sepakbola. Kumpulan tulisan-tulisan Cak Nun saat itu kemudian dibukukan dalam "Bola-bola Kultural".
Emha memiliki kemampuan untuk melihat sepakbola dari dimensi yang berbeda. Dimensi spritual dan budaya, dua dimensi yang dirasa cukup penting untuk membangun sepakbola Indonesia ke arah lebih baik.Â
Di level akar rumput, Cak Nun juga memiliki kedekatan dengan masyarakat sepakbola mulai dari publik Aremania, Brigata PSS Sleman, hingga suporter klub divisi III, Persiku Kudus.