Air mata dan darah kembali membahasai ibu pertiwi. Jumat 28 September 2018 lalu, rentetan gempa menerjang kawasan Sulawesi Tengah, tepatnya di kota Palu dan Donggala. Di Palu kekuatan gempa mencapai 5,9 SR, sedangkan di Donggala kekuatan gempa mencapai angka 7,7 SR.
Gempa di Palu dan Donggala ini kemudian disusul dengan gelombang tsunami yang menerjang. Ribuan orang menjadi korban. Indonesia dan dunia berduka.
19 hari setelah musibah menerjang, Palu dan Donggala berusaha bangkit. Bantuan dan rasa simpatik yang datang dari penjuru negeri ini dan belahan dunia membuat masyarakat Palu dan Donggala kembali menatap hidup baru di tengah-tengah rasa takut, trauma, dan sisa-sisa reruntuhan.
Kebangkitan Palu dan Donggala tentu saja menjadi hal yang sangat diharapkan oleh semua pihak. Butuh kerja ekstra keras dari seluruh pihak untuk membangun dua kota tersebut dan prosesnya tentu saja akan memakan waktu yang tak sebentar.
Pembangunan di Palu dan Donggala tentu saja diharapkan masyarakat setempat menyentuh semua bidang kehidupan mereka, tak terkecuali di bidang olahraga, khususnya sepakbola.
Saat bencana gempa dan tsunami menerjang Palu dan Donggala, doa dan rasa simpatik mengalir juga dari seluruh insan sepakbola nasional dan internasional. Sejumlah klub dan suporter di Liga 1 ramai-ramai mendonasikan bantuan kepada masyarakat yang jadi korban, pun dengan sejumlah klub dan pesepakbola luar negeri yang juga mengirim doa dan rasa simpatik.
Klub kaya Prancis, Paris Saint Germain (PSG) misalnya membentangkan tulisan 'Tetap Kuat Indonesia' di papan iklan Stadion Parc des Princes saat menjamu Lyon dalam lanjutan Ligue 1 pada Senin 8 Oktober 2018.
Tak hanya PSG, sejumlah klub besar Eropa lainnya pun melakukan hal sama, seperti Chelsea, Manchester United, Juventus, Real Madrid, Barcelona, Liverpool hingga klub Polandia yang dibela rising star Indonesia, Egy Maulana Vikri, Lechia Gdansk.
Dukungan, doa, dan rasa simpatik para insan sepakbola dunia ini menandakan bahwa sepakbola bisa menjadi bahasa persatuan yang bisa memperkuat energi untuk membangun Palu dan Donggala.
Namun tentu saja dukungan, doa, dan rasa simpatik tersebut akan lengkap rasanya jika kemudian ada tindakan nyata juga untuk membangun sepakbola di Palu dan Donggala. Pasalnya tak seperti tetangga mereka, Makassar, sepakbola Palu memang tak banyak diketahui publik.
Padahal seperti banyak kota di negeri ini, sepakbola di Palu juga sangat dekat di hati masyarakat. Masyarakat di Palu dan Donggala tentu sudah cukup lama menantikan klub asli sana bisa berkompetisi di kasta tertinggi sepakbola Indonesia.